search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Jepang Diteror Warga Cina Usai Buang Limbah Nuklir Fukushima
Selasa, 29 Agustus 2023, 07:19 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Jepang Diteror Warga Cina Usai Buang Limbah Nuklir Fukushima

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Warga Jepang ramai-ramai mendapat teror telepon diduga dari Cina usai pemerintah memulai pembuangan limbah pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima pekan lalu.

Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno mengatakan warganya banyak menerima panggilan "pelecehan" yang diyakini berasal Negeri Tirai Bambu.

"Banyak panggilan telepon pelecehan yang diyakini berasal dari China terjadi di Jepang. Perkembangan ini sangat disesalkan dan kami prihatin," kata Matsuno yang juga juru bicara pemerintah dalam konferensi pers, seperti dikutip Reuters, Senin (28/8).

Balai Kota Fukushima menyatakan pihaknya menerima panggilan-panggilan telepon dengan kode Cina +86 pada Kamis (24/8). Jumlah panggilan itu kemudian meningkat keesokannya yakni mencapai 200 panggilan.

Menurut seorang pejabat kota, telepon-telepon ini membanjiri saluran komunikasi dan mengganggu pekerjaan para karyawan. Dia juga mengatakan sekolah dasar dan menengah pertama di Fukushima tak terkecuali menerima 65 panggilan serupa.

Pejabat tersebut berujar salah satu penelepon mengatakan hal semacam, "Mengapa kalian membuang air limbah ke Samudra Pasifik yang merupakan laut semua orang?"

Berdasarkan laporan media lokal, panggilan-panggilan serupa juga terjadi di hotel dan restoran Jepang.

Merespons kejadian ini, Wakil Menteri Luar Negeri Masataka Okano dikabarkan bakal memanggil duta besar Cina di Jepang untuk dimintai keterangan.

Kementerian Luar Negeri Jepang juga mendesak pemerintah Beijing memastikan keselamatan warga Negeri Sakura di Cina lantaran teror yang sama juga terjadi di sejumlah fasilitas Jepang di Negeri Tirai Bambu.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida sejauh ini menyatakan sudah "sangat" meminta Beijing untuk mendesak warganya bertindak "dengan tenang dan bertanggung jawab."

Kishida bicara demikian setelah sekolah Jepang di Kota Qingdao dilempari batu pada hari yang sama. Sementara itu, Juru bicara Kemlu Cina mengaku tidak mengetahui masalah ini.

Kendati begitu, Kedutaan Besar Cina di Tokyo mengklaim menerima teror panggilan yang sama dan meminta keterangan dari pihak Jepang.

Duta Besar Wu Jianghao menyebut panggilan itu menyebabkan "gangguan serius dalam operasi normal kedutaan dan konsulat."

Pihak berwenang Jepang menyatakan bakal mulai membuang air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik sesuai rencana pada Kamis pekan lalu.

Air limbah itu mula-mula bakal dilepaskan dalam porsi yang lebih kecil dan dengan pemeriksaan ketat.

Debit pertama limbah yang akan dibuang yakni sebesar 7.800 meter kubik, setara dengan sekitar tiga kolam renang Olimpiade air. Proses ini akan berlangsung selama sekitar 17 hari.

Menurut hasil uji operator pabrik Tokyo Electric Power (Tepco) yang dirilis pada Kamis, air limbah mengandung sekitar 63 becquerels tritium per liter. Angka ini di bawah batas tritium Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk air minum yakni 10 ribu becquerels per liter. Becquerels adalah satuan radioaktif.

Tepco memperkirakan proses pelepasan limbah bakal memakan waktu puluhan tahun. Limbah itu sendiri saat ini tercatat lebih dari 1,3 juta metrik ton.

Air limbah yang akan dibuang sendiri merupakan air yang digunakan untuk mendinginkan sisa-sisa reaktor yang masih sangat radioaktif.

Tepco menyebut air itu telah diencerkan dan disaring untuk membuang semua zat radioaktif kecuali tritium, yang kadarnya jauh di bawah batas berbahaya.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami