search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kasus DBD Melonjak di Karangasem, Ini Upaya Dinkes
Kamis, 28 April 2022, 17:30 WITA Follow
image

beritabali/ist/Kasus DBD Melonjak di Karangasem, Ini Upaya Dinkes.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Kasus DBD di Karangasem terus mengalami lonjakan. Bahkan menjelang akhir bulan keempat di tahun 2022 ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem setidaknya telah mencatat sebanyak 281 kasus DBD di Karangasem. 

Jumlah kasus tersebut berasal dari seluruh Kecamatan di Kabupaten Karangasem dengan jumlah kasus terbanyak ditemukan di wilayah Kelurahan Karangasem sebanyak 72 kasus dan Subagan sebanyak 26 kasus disusul Desa Tianyar sebanyak 20 kasus. 

Melihat angka kasus tersebut, kasus DBD tahun 2022 di Karangasem ini bisa dikatakan melonjak cukup tajam jika dibandingkan dengan jumlah kasus DBD pada tahun 2021.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, pada tahun 2021, terhitung dari bulan Januari hingga Desember jumlah kasus DBD sebanyak 185 kasus, dimana puncak kasus tertinggi terjadi pada bulan Desember sebanyak 32 kasus. 

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem, dr. I Gusti Bagus Putra Pertama dikonfirmasi membenarkan bahwa terjadi lonjakan kasus DBD di Karangasem. Ditanya kapan perkiraan puncak kasus DBD, Putra Pertama mengaku tidak bisa memprediksinya karena cuaca di Karangasem tak menentu. 

"Harusnya bulan-bulan ini sudah mulai menurun, namun karena cuaca, sekarang terik matahari kemudian hujan membuat nyamuk Aedes Aegypti cepat berkembang biak sehingga sulit memperkirakan kapan puncak atau kasus mulau menurun, " ujar Putra Pertama. 

Untuk mengantisipasi penyebaran lebih banyak, Dinkes Karangasem terus berupaya untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), fogging dan sosialisasi kepada masyarakat untuk melakukan upaya 3M menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air dan mengubur barang bekas serta abatisasi untuk membunuh jentik nyamuk.

"Jangan sampai ada genangan, begitu hujan jatuh jentik pasti menetas, lalu terjadi kasus, itu yang kita temukan, sehingga kuncinya adalah pemberantasan sarang nyamuk, tebar bubuk abate dan 3 M," tandas Putra Pertama.

Reporter: bbn/krs



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami