'Kiamat' Baru Ancam Inggris Gara-Gara KPR
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
"Kiamat" baru sepertinya akan mengancam ekonomi Inggris. Ini disebabkan oleh kredit perumahan rakyat (KPR). Mengapa?
Direktur penasehat hipotek London Money, Martin Stewart, mengatakan telah terjadi 'gempa' untuk hipotek dan sektor perumahan di Inggris selama sembilan bulan terakhir. Ia menyebut ini setara dengan krisis keuangan meskipun dengan penyebab yang berbeda.
"Pasar tidak berfungsi dan bisa dibilang rusak. Kami telah melihat bukti di mana penasihat properti berada dalam antrean bersama 2.000 orang lainnya, semuanya berusaha mengamankan sesuatu yang mungkin sebenarnya tidak ada pada saat mereka sampai di depan antrean," kata Stewart kepada CNBC International, dikutip Selasa (20/6/2023).
"Hampir semuanya dimulai dengan 5 sekarang ... untuk konteksnya, dua tahun lalu semuanya dimulai dengan 1 atau lebih rendah," ujarnya.
Sebagai informasi, angka-angka baru dari perusahaan informasi keuangan Moneyfacts menunjukkan rata-rata hipotek suku bunga tetap dua tahun pada properti residensial di Inggris naik dari 5,98 persen pada Jumat lalu menjadi 6,01% pada awal pekan ini. Itu adalah level tertinggi sejak 1 Desember.
Lonjakan pada akhir 2022 terjadi setelah anggaran mini pemerintah yang menggetarkan pasar. Sebelumnya, Moneyfacts mengatakan suku bunga tetap dua tahun terakhir di atas 6 persen pada November 2008.
Jumlah produk KPR yang tersedia juga turun, dari 5.264 pada 1 Mei menjadi 4.683. Bank, termasuk HSBC dan Santander, untuk sementara menarik produk hipotek dalam beberapa pekan terakhir di tengah ketidakpastian pasar.
Hal ini terjadi setelah imbal hasil obligasi pemerintah Inggris jangka pendek naik. Diketahui, imbal hasil 2 tahun mencapai tertinggi baru 15 tahun pada hari Senin.
Pasar juga menetapkan suku bunga puncak hampir 6 persen, naik dari 4,5 persen saat ini. Laporan pasar tenaga kerja yang kuat pada 13 Juni mengirim ekspektasi suku bunga lebih tinggi, dengan Bank of England (BoE) akan merilis suku bunga terbaru pada Kamis setelah naik 12 kali berturut-turut pada Mei.
Ahli strategi senior di Vanda Research, Viraj Patel, mengatakan saat ini adalah krisis hipotek terburuk yang pernah dialami Inggris. Patel bahkan memperkirakan sebagian besar perlambatan konsumen berasal dari biaya hipotek yang lebih tinggi untuk mencapai rumah pada paruh kedua tahun 2023.
"BoE, dan pasar, perlu mewaspadai perlambatan kebijakan moneter yang panjang dan bervariasi, dengan efek kenaikan suku bunga di masa lalu masih belum sepenuhnya berhasil," katanya.
Sementara itu, Otoritas Perilaku Keuangan Inggris pada Januari memperingatkan lebih dari 750.000 rumah tangga berisiko gagal bayar karena kenaikan tarif.
"Ada resiko default yang nyata. Tapi mengingat BoE memiliki pengawasan yang jauh lebih baik. Saya lebih khawatir tentang efek putaran kedua, konsumen membelanjakan lebih sedikit dan mungkin memperpanjang kredit non-perumahan," tambah Patel.
Meski begitu, Inflasi Inggris tetap di antara yang tertinggi dari semua ekonomi maju sebesar 8,7 persen. Pejabat bank sentral memperingatkan bahwa efek putaran kedua, termasuk penetapan harga dan upah yang lebih tinggi, dapat membuatnya lebih tinggi lebih lama.(sumber: cnbcindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net