search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Krisis Biaya Hidup di Inggris, Pasien Kanker Mulai Putus Asa
Selasa, 4 Oktober 2022, 12:35 WITA Follow
image

beritabali.com/cnbcindonesia.com/Krisis Biaya Hidup di Inggris, Pasien Kanker Mulai Putus Asa

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Badan amal Macmillan Cancer Support dan Young Lives vs Cancer memperingatkan bahwa pasien kanker muda yang menghadapi lonjakan biaya hidup di Inggris kini berada dalam situasi putus asa. Kedua badan amal tersebut melihat peningkatan dramatis dalam jumlah orang yang meminta hibah darurat. 

Penelitian menunjukkan puluhan ribu orang berusia 18 hingga 39 tahun yang mengidap kanker tengah berjuang untuk membayar biaya hidup dasar. Lebih dari separuh orang berusia 18-39 tahun dengan kanker yang disurvei oleh Macmillan dan Virgin Money mengatakan mereka membutuhkan lebih banyak dukungan finansial untuk mengelola kenaikan biaya hidup.

Satu dari empat orang muda semakin terjerat utang atau telat membayar sewa dan tagihan energi karena biaya hidup yang meningkat, menurut survei terhadap 2.000 orang di semua kelompok umur. Penelitian menemukan hampir tiga perempat (74%) orang muda dengan kanker khawatir tentang biaya makanan selama 12 bulan ke depan.

Shell Rowe termasuk di antara mereka yang mengalami hal ini. Dia didiagnosis menderita limfoma non-Hodgkin stadium empat pada usia 20 tahun 2019, tepat saat dia akan belajar film tahun ketiga di universitas di California, Amerika Serikat (AS).

"Harga-harga meroket. Saya belum bisa bekerja dan belum bisa menabung dan mendapatkan pekerjaan," katanya. "Bagaimana saya bisa mandiri secara finansial? Ini benar-benar membuat saya takut."

Hal yang sama juga dialami oleh Kamui Oshino (20). Mahasiswa jurnalisme di University of the West of England di Bristol ini didiagnosis dengan limfoma Hodgkin stadium empat pada Desember 2021.

"Ketika Anda menjalani kemo, banyak orang memulai dengan sangat kurus. Berat saya 40 kg jadi saya harus membeli baju baru," kata Kamui. "Dan kemudian dengan steroid, saya harus makan sepanjang waktu. Jelas harga makanan naik. Saya tidak mampu membelinya."

Lebih dari sepersepuluh (11%) dari mereka yang disurvei mengatakan harus menunda atau membatalkan janji medis karena kenaikan biaya bensin. Banyak orang harus melakukan perjalanan jauh untuk berobat, seringkali dengan mobil atau taksi karena menghindari risiko infeksi saat menggunakan transportasi umum.

Sepertiga anak muda yang disurvei juga mengatakan kesehatan mental mereka telah memburuk akibat kekhawatiran finansial.

Data Macmillan menunjukkan orang dengan kanker sudah menghadapi biaya tambahan yang signifikan hampir 900 poundsterling (Rp 15 juta) ketika mereka didiagnosis. Pengeluaran tersebut termasuk seperti membeli pakaian ekstra, makanan atau menggunakan lebih banyak pemanas untuk tetap hangat.

Kini inflasi telah mendorong biaya-biaya itu naik dan badan amal itu mengatakan melihat lonjakan permintaan untuk hibah keuangan yang teruji kemampuan mereka untuk membantu pasien kanker dengan biaya, termasuk tagihan energi.

Sebagai informasi, badan amal Inggris mendukung pasien kanker di bawah 24 tahun dan telah memberikan 1.319 orang hingga 372.825 pound sterling dalam bentuk bantuan keuangan sejak meluncurkan Hibah Darurat Musim Dingin pada tahun 2021.(sumber: cnbcindonesia.com)


 

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami