Marah Soal Pengakuan Palestina, Israel 'Usir' Konsulat Spanyol
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Israel memutuskan menutup hubungan dengan kantor Konsulat Spanyol di Yerusalem Timur dan Tepi Barat Palestina yang diduduki pada Jumat (24/5).
Baca juga:
Daftar Petinggi Negara Yang Jadi Buron ICC
Langkah ini diambil pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai bentuk protes keras atas keputusan Spanyol mengakui Palestina sebagai negara merdeka.
Melalui sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Israel Katz menilai langkah dan seruan Spanyol terkait pengakuan terhadap Palestina berbau anti-Semit.
"Sebagai tanggapan terhadap pengakuan Spanyol atas negara Palestina dan seruan anti-Semit dari wakil perdana menteri Spanyol untuk tidak hanya mengakui negara Palestina tetapi juga 'membebaskan Palestina dari sungai hingga laut', saya telah memutuskan untuk memutuskan hubungan antara perwakilan Spanyol di Israel dan Palestina," papar Katz seperti dikutip The Middle East Monitor (MEMO), Sabtu (25/5).
Katz menambahkan bahwa dia juga telah memutuskan "melarang Konsulat Spanyol di Yerusalem memberikan layanan kepada warga Palestina di Tepi Barat."
Katz bahkan menganggap Wakil PM Spanyol bodoh atas pidatonya yang menyerukan slogan kemerdekaan Palestina "From River to Sea".
"Jika individu yang bodoh dan penuh kebencian ini ingin memahami apa yang sebenarnya dicari oleh Islam radikal, dia harus mempelajari 700 tahun pemerintahan Islam di Al-Andalusia - sekarang Spanyol," ucap Katz.
Pada Rabu pekan ini, PM Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan negaranya akan resmi mengakui Negara Palestina mulai tanggal 28 Mei.
Sementara itu, komentar Wakil PM Yolanda Diaz muncul di sebuah video media sosial di mana dia menjelaskan bahwa langkah Spanyol untuk mengakui negara Palestina hanyalah permulaan.
Ini adalah pertama kalinya Israel berupaya menghukum negara-negara yang mengakui Negara Palestina.
Selain Spanyol, Norwegia dan Irlandia juga mengumumkan keputusan mereka untuk mengakui Negara Palestina.
Pengakuan ini muncul ketika semakin banyak negara Barat mulai mempertanyakan agresi Israel ke Jalur Gaza yang kian brutal sejak 7 Oktober 2023 lalu dan telah menewaskan lebih dari 35.800 warga Palestina.
Sebagian besar korban tewas ini adalah perempuan dan anak-anak.
Lebih dari tujuh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza juga hancur imbas bombardir tanpa pandang bulu Israel ke permukiman, sekolah, hingga rumah sakit. Israel juga memblokade akses makanan, air bersih, dan obat-obatan bagi warga Gaza.
Mahkamah International Court of Justice (ICJ) telah menetapkan perintah darurat kepada Israel untuk menghentikan segera operasi militer ke Gaza, terutama Rafah, menyusul tuntutan Afrika Selatan terhadap Tel Aviv soal dugaan genosida yang masih dalam proses persidangan.
Namun, alih-alih menaati perintah ICJ, Israel ngotot tidak akan menghentikan serangan ke Rafah. Pasukan PM Benjamin Netanyahu bahkan dilaporkan kembali melancarkan serangkaian serangan udara ke beberapa wilayah Gaza, termasuk Rafah hari ini. (sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net