Militer Ukraina: Tentara Rusia Bukan Manusia
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Juru bicara militer Ukraina Sarah Ashton-Cirillo mencemooh Rusia dengan menyebut prajurit militer negara musuhnya itu 'bukan manusia'.
Dalam sebuah klip 21 detik yang diunggah di X (nama baru Twitter) pada Sabtu (5/8), Ashton-Cirillo mulanya bertanya soal perbedaan antara pasukan Ukraina dan Rusia.
Dia bertanya demikian sambil berdiri di depan standee atau potongan karton berbentuk tentara yang mengenakan seragam militer Kremlin.
Dia lalu menunjuk standee tersebut dan mengatakan, "Kami adalah manusia dan orang-orang itu sudah pasti bukan (manusia)," katanya, seperti dikutip Russia Today (RT), Selasa (8/8).
Ashton-Cirillo memaparkan perbedaan itu mudah terlihat karena Ukraina yang selama ini "berjuang untuk kebebasan", sementara Rusia "berjuang untuk tirani dan kediktatoran."
Setelah mengunggah video tersebut, sejumlah warganet pun menyerbu dia dengan mengatakan bahwa yang dilakukan jubir transgender itu "sangat tidak menyenangkan" dan "benar-benar menjijikkan".
Netizen lain juga ada yang mengaitkannya dengan peristiwa di masa lalu kala Nazi Jerman dan Rusia berperang. Dia menyebut bahwa Nazi dulu tidak berakhir baik pada 1940-an usai memandang orang Rusia sebagai non-manusia.
Seolah tak peduli, pada Minggu 6/8), mantan reporter itu kembali merilis klip terpisah yang mengejek tentara Kremlin saat Hari Pasukan Terjun Payung Rusia. Dia menggantung terbalik tentara karton tersebut sambil mengatakan bahwa dia merayakan hari peringatan yang jatuh pada 2 Agustus itu.
Pernyataan Ashton-Cirillo ini muncul usai serangkaian pernyataan serupa dilontarkan oleh para pejabat Ukraina.
Salah satunya oleh Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Aleksey Danilov yang mengatakan pada pekan lalu bahwa Rusia adalah "orang Asia" dan bahwa perbedaan utama antara mereka dengan Ukraina adalah "kemanusiaan."
Rusia selama ini menyuarakan kemarahan atas Russophobia yang merajalela di Ukraina, dengan alasan bahwa Kyiv sudah menjadikan hal itu sebagai kebijakan yang disetujui negara.
Sejak invasi pecah 2022 lalu, Ukraina memang mengeluarkan undang-undang yang sangat membatasi penggunaan bahasa Rusia, baik dalam pendidikan, media, hingga kehidupan sehari-hari.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net