Mutiara, Buntut Kuda, dan Pasta Gigi Bisa Menambah Kenikmatan Bercinta?
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Tanya: Dok, selama pandemi ini saya punya grup WA yang sering bahas tentang hal berkaitan dengan seks. Kemarin, diskusinya menarik. Teman-teman saya berbagi pengalaman dan eksperimen saat hubungan seksual dengan minum obat kuat dan memasang sesuatu di kelaminnya.
Ada yang memasang mutiara di dalam kulit penis, ada juga yang menaruh 1-2 helai buntut kuda di penisnya, dan ada yang mengoleskan pasta gigi di kelamin sebelum hubungan seksual. Apa ini benar bisa menambah kenikmatan saat bercinta? Bagaimana dari sisi kebersihan dan kesehatannya, dok? (Anwar, 22, Tangerang)
Jawab: Banyak upaya yang dilakukan laki-laki untuk memodifikasi kelaminnya atas alasan yang tidak masuk akal dan mitos semata. Justru sering kali efek buruk yang didapatkan. Alasan paling sering adalah ketidak percayaan diri saat melakukan hubungan seksual atau untuk lebih memuaskan pasangannya.
Upaya memodifikasi penis itu ada berbagai macam; memberikan asesoris tambahan, melakukan penanaman bahan tertentu dan satu lagi menyuntikkan cairan tertentu untuk memperbesar penis.
Yang masih populer adalah pemasangan asesoris berupa bulu ekor kuda, bulu kambing atau domba, ring karet bergerigi, ring mata kambing, ring kondom, ring jerat karet hitam, penanaman gotri, mutiara atau pelor, penanaman batang sikat gigi, penanaman gading dan tulang binatang hingga penyuntikan silikon, lemak dan minyak orang-aring.
Sekali lagi, hati-hati melakukannya karena lebih sering justru membawa efek buruk. Tentang pemasangan mutiara, kejadiannya hampir sama dengan praktek pemasangan pelor atau gotri di kulit penis. Mutiara yang dipasang bisa mutiara alami, bisa imitasi. Ini benar-benar sangat individual dan tergantung sugesti.
Jumlah yang ditanam juga bervariasi, ada yang hanya satu, ada juga hingga sepuluh bahan yang ditanam mengelilingi penis. Dalam praktek lapangannya ada juga yang lain mempergunakan hagel sepeda, bola perak dan emas, tulang ikan, taring binatang, gading, hingga bahan-bahan yang kita temukan sehari-hari.
Beberapa kasus di lapas, sering kali yang digunakan atau ditanam di kulit bawah penis adalah bahan plastik dari sikat gigi yang dibentuk menyerupai bola terlebih dahulu. Tentu saja ini harus sangat berhati-hati, karena melakukan perobekan kecil pada kulit penis tentu saja bila menggunakan bahan yang tidak steril bisa menjadi infeksi, belum lagi bahan yang ingin ditanam juga bisa jadi tidak bersih.
Selanjutnya, tentang pemasangan bulu ekor kuda atau buntut kuda, secara kasuistik memang efeknya dapat membuat beberapa perempuan merasakan sensasi berbeda dan lebih geli saat berhubungan seksual dengan laki-laki yang menggunakan bulu ekor kuda. Ini sangat bisa dipahami, karena sensasi yang berbeda ini tentu saja akan membawa sebuah rasa menyenangkan baru yang tidak didapatkan sebelumnya.
Hanya saja, jangan salah juga, banyak juga yang sebaliknya, menjadi merasa lebih menyakitkan, apalagi jika bulu ekor kuda yang digunakan ternyata kotor dan kaku, tentu saja akan bisa menimbulkan lecet dan rasa tidak menyenangkan saat berhubungan seksual, terlebih jika laki-laki tidak mengkomunikasikannnya terlebih dahulu.
Sebuah kasus unik pernah terjadi, seorang istri langsung kehilangan dorongan seksual dan malah menjadi mengalami aversi seksual (penolakan seksual) setelah berhubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri karena suaminya tanpa diketahuinya menggunakan bulu ekor kuda. Dia baru tahu belakangan.
Yang perlu diperhatikan adalah bila melakukan hal seperti ini harus memperhatikan kebersihan. Karena peluang infeksi mulai dari menindik penis dan penggunaan bulu ekor kuda sangat rentan infeksi.
Satu lagi, beberapa laki-laki sering mengoleskan pasta gigi pada penisnya sebelum hubungan seksual. Mereka sering kali merasakan adanya efek bisa membuat kebal atau baal. Padahal dalam bahan pasta gigi sama sekali tidak ada bahan “pemati rasa” atau di kedokteran disebut dengan bahan anestetik.
Kandungan yang ada malah bersifat pembersih atau antiseptik, jadi justru bagus juga untuk dipakai membersihkan kulit misalnya. Yang membuat penis kemudian terasa kebal atau baal sesungguhnya ada dua, yang pertama sifat sensitifitas penis itu sendiri, yang jika ada bahan apapun dioleskan atau dilekatkan akan menjadi memberi pengaruh terhadap sensitifitas permukaan kulit penis.
Jadi dengan pengolesan pasta gigi akan menurunkan sensitifitas kulit penis, dimana di permukaan ini sebenarnya banyak terdapat reseptor saraf sensorik. Kedua, sensasi dingin dari pasta gigi. Suhu dingin memberikan pengaruh juga kepada penis yang sudah memasuki tahapan ereksi dan siap untuk melakukan hubungan seksual.
Biasanya sensasi paling optimal adalah dalam keadaan lebih hangat. Kedua hal ini mengakibatkan penurunan sensitifitas penis dari kontak luar, yang akhirnya sering dirasakan sebagai sensasi kebal. Efek penggunaan jangka panjang sebenarnya hampir tidak ada.
Sebaiknya memang harus berhati-hati bila ingin menggunakan bahan atau alat bantu saat berhubungan seksual. Fungsi adalah yang utama dan bukan ukuran. Kalau menggunakan alat-alat yang berisiko infeksi malah fungsi seksual menjadi terganggu, tentu saja itu malah menjadi kabar buruk.
Pastikan juga berkomunikasi selalu dengan pasangan, karena kalau pasangan sudah puas dengan hubungan seksual selama ini, buat apa menggunakan bahan-bahan yang tidak jelas? Bina komunikasi seksual yang baik dan justru manfaatkan variasi seksual yang optimal dengan pasangan untuk mengatasi kebosanan misalnya.
Terakhir, pastikan selalu berkonsultasi dengan pihak ahli secara profesional atau dokter yang memahami masalah seksual jika menemui keluhan atau problema seksual dengan pasangan.
dr. Oka Negara, Biomed, FIAS
Reporter: bbn/oka