search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Rayakan Tumpek Wariga di Jembrana, Koster Ungkap Filosofinya
Sabtu, 14 Mei 2022, 19:50 WITA Follow
image

beritabali/ist/Rayakan Tumpek Wariga di Jembrana, Koster Ungkap Filosofinya.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, JEMBRANA.

Gubernur Bali, Wayan Koster menggelar Perayaan Rahina Tumpek Wariga di Pura Pegubugan, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana pada, Sabtu (Saniscara Kliwon Wariga), 14 Mei 2022.

Perayaan Rahina Tumpek Wariga ini diawali dengan mengupacarai bibit pohon dan dilanjutkan dengan penanaman pohon di Kawasan Hutan Desa Manistutu yang dilakukan secara langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster. Uniknya penanaman itu diiringi dengan gambelan Jegog.

Gubernur Bali dalam sambutannya menyampaikan atas nama Pemerintah Provinsi Bali saya mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan kerja gotong royong pada hari suci Tumpek Wariga hari ini. 

"Saya juga berterimakasih ke Bapak Bupati Jembrana yang telah menyiapkan tempat yang sangat bagus ini (Desa Manistutu, red) kawasan yang sangat sejuk, ada hutan dan danau-nya, ini betul-betul Wana Kerthi," kata orang nomor satu di Pemprov Bali.

"Hari ini Kita berkumpul dengan niat suci dan tulus untuk memuliakan sarwa tumuwuh (segala tumbuh-tumbuhan, red) yang dalam kepercayaan orang Bali, tumbuh-tumbuhan dianggap saudara tertua, karena mereka lebih dulu menghuni Bumi ini dibandingkan dengan binatang dan manusia. Betapa luar biasanya Hyang Pencipta ini, apa yang menjadi kebutuhan kehidupan, itu disediakan terlebih dahulu seperti tumbuh - tumbuhan," ujar Gubernur Bali.

Ia menyatakan manusia sangat membutuhkan tumbuh - tumbuhan sebagai sumber penghidupan, begitu juga binatang. Kalau tidak ada tumbuh - tumbuhan, tidak ada udara, kalau tidak ada udara, Kita tidak bisa bernafas. 

"Jadi memang betul, bagaimana Leluhur Kita di Bali memuliakan tumbuh - tumbuhan dengan melaksanakan Tumpek Wariga," katanya.

Hari ini merupakan implementasi atau pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi Dalam Bali Era Baru. 

"Sad Kerthi ini meliputi enam sumber utama kesejahteraan dan kebahagiaan kehidupan manusia, yang meliputi :1) Atma Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Atman/Jiwa; 2) Segara Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Pantai dan Laut; 3) Danu Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Sumber Air; 4) Wana Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Tumbuh-tumbuhan; 5) Jana Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Manusia; dan 6) Jagat Kerthi yang bermakna Penyucian dan Pemuliaan Alam Semesta," kata Gubernur Bali jebolan ITB ini.

Dulu Tumpek Wariga hanya dilaksanakan secara perorangan atau individu. Tidak pernah dilaksanakan secara kolektif dan bersama - sama Pemerintah hingga masyarakat. Sehingga semakin berkurang perayaan Tumpek Wariga akibat perkembangan ilmu pengetahuan teknologi yang semakin dasyat dan era yang modern, maka unsur kehidupan yang bersumber dari nilai-nilai kearifan lokal itu semakin tertinggal, karena sumber pengetahuannya berbeda. "Itulah sebabnya, agar perayaan Tumpek ini tidak tinggal nama, maka Saya mengeluarkan kebijakan berupa Surat Edaran Gubernur Bali untuk merayakan semua Tumpek ini secara bersama - sama," jelas Wayan Koster.

Maka untuk melaksanakan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 ini, setiap Tumpek dikeluarkan Instruksi Gubernur Bali. Untuk hari ini, Gubernur Bali mengeluarkan Instruksi Gubernur Bali Nomor 06 Tahun 2022 tentang Perayaan Rahina Tumpek Wariga.

Hari yang baik dan suci ini untuk memuliakan tumbuh-tumbuhan bagi masyarakat Bali adalah pada Tumpek Wariga atau Sabtu (Saniscara) Kliwon Wuku Wariga yang jatuh setiap 210 hari sekali. Tumpek Wariga juga sering disebut dengan Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, dan Tumpek Bubuh. 

Disebut Tumpek Pengarah, karena dalam ritual ini manusia melakukan komunikasi dengan cara pengarah atau pemberitahuan kepada tumbuh-tumbuhan bahwa sejak hari ini, 25 hari lagi kedepan akan datang hari raya Galungan.

Ini warisan Leluhur yang luar biasa. Oleh sebab itu tumbuh-tumbuhan dimohon berbuah lebat agar dapat digunakan sebagai sarana upacara saat hari raya Galungan. 

"Ini cara berkomunikasi manusia dengan tumbuh - tumbuhan, supaya ada keharmonisan antara manusia dengan alam beserta isinya. Ini cuma ada di Bali dan tidak ada di dunia cara kehidupan seperti ini. Jadi betapa visionernya, betapa cerdasnya Leluhur Kita di jaman dahulu membuat perayaan Tumpek Wariga untuk menghormati alam beserta isinya," kata Wayan Koster yang disambut tepuk tangan.

Disebut Tumpek Pengatag, karena jenis banten dan laku ritual dalam upacara ini disebut Pengatag. Demikian halnya disebut Tumpek Bubuh karena salah satu isi dari Banten Pengatag berupa bubur lima warna yang dipersembahkan kepada tumbuh-tumbuhan. 

Dalam ritual Tumpek Wariga, manusia melantumkan doa atau mesaa yang menyebut tumbuh-tumbuhan dengan kata kaki atau kakek. 

"Doa/Saa-nya yang dilantunkan kehadapan Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi Hyang 
Tumuwuh/Dewa Sangkara, yaitu Kaki-kaki, Nini-nini, niki katuran bubuh mangda madon gembal, mabunga magambah, buin selae lemeng wenten upacara Galungan mangda mabunga miwah mabuah, ngeed… ngeed… ngeed…. Setelah Kita melantunkan doa, Kita tepuk batang pohon sebanyak tiga kali," jelas Gubernur Bali. 

Dia menegaskan ini cara Leluhur Kita mengajarkan agar bersatu dengan alam beserta isinya dan hal ini tidak pernah ketemu di kurikulum pendidikan dari TK sampai Perguruan Tinggi hingga di teks book di dunia tidak ada ilmu ini, adanya cuma ada di Bali dan di Lontar Leluhur di Bali. 

Dirinya akan gelorakan ke seluruh masyarakat dunia, supaya dunia belajar dari Bali, bukan Kita belajar kepada negara lain di dalam menjaga sumber kehidupan. Karena itu, Kita harus hormat dan bhakti kepada Leluhur Kita yang telah memberikan pengetahuan luar biasa.

Ungkapan ini mengandung makna bahwa tumbuh-tumbuhan adalah saudara yang dua generasi lebih tua dibandingkan manusia, sehingga wajib dihormati dan dimuliakan. 

Manusia harus berterima kasih kepada tumbuh-tumbuhan, karena keutamaan tumbuh-tumbuhan adalah selalu memberi dan rela dijadikan makanan untuk menyambung hidup manusia. 

Selain itu, tumbuh-tumbunan sangat jujur, tidak pernah berbohong apalagi berkhianat terhadap manusia. Jika kita merawatnya dengan baik mereka pasti tumbuh besar, berdaun lebat, berbunga, dan berbuah. Kayu, daun, bunga, dan buah dari tumbuh-tumbuhan adalah sarana kehidupan dan penghidupan bagi manusia. 

Reporter: bbn/dps



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami