search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Setelah Wagner, Tentara Bayaran Rusich Ancam Membangkang Rusia
Rabu, 6 September 2023, 00:15 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Setelah Wagner, Tentara Bayaran Rusich Ancam Membangkang Rusia

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Kelompok tentara bayaran Rusia, Rusich, mengancam akan membangkang dengan meletakkan senjata mereka di Robotyne, Zaporizhzhia pada akhir Agustus lalu.

Tindakan ini mengingatkan publik akan upaya gagal pemberontakan Wagner Group terhadap Kremlin.

Rusich beralasan sikap itu muncul karena komandan dan pendiri kelompok tentara bayaran ini, Yan Petrovsky, ditangkap di Finlandia. Dia juga akan menghadapi ekstradisi ke Ukraina.

Terlepas dari penahanan itu, anggota Rusich mengaku frustrasi atas perlakuan pihak berwenang Rusia terhadap mereka.

"Jika negara tak bisa melindungi warga negaranya, mengapa warga negara harus melindungi negara?" tanya seorang, dalam serangkaian pesan yang ditinjau proyek penelitian Antifascist Europe.

Menyoal Rusich, Institut Studi Perang (ISW) menyatakan tampaknya kelompok itu memang beroperasi di dekat Robotyne di Oblast Zaporizhia bagian barat.

"[Lokasi itu merupakan] area kritis di garis depan di mana komando militer Rusia kemungkinan besar tak mampu membiarkan unit apa pun memberontak dan menolak melakukan misi tempur," demikian menurut ISW.

Sejauh ini, tak ada konfirmasi lebih lanjut dari Rusich atau otoritas Rusia soal kemungkinan kelompok tentara bayaran ini menyerah.

Menanggapi situasi tersebut, pakar militer Rusia Jeff Hawn mengatakan kemungkinan Rusich menyerah ke Ukraina bisa saja terjadi.

"Itu kemungkinannya sangat besar," kaya Hawn, dikutip dari AFP.

Ia kemudian berujar, "Saya pikir insiden di Robotyne itu penting, dan ini pertanda akan ada lebih banyak hal yang akan datang."

Hawn menilai Rusia sangat kekurangan pesawat tempur sehingga tidak dapat menggantikan unit yang menyerah.

Ia juga mengatakan alasan pemberontakan muncul kemungkinan besar tak terkait dengan penahanan pemimpin Rusich, tetapi demotivasi para personel.

Skenario itu tampak kian nyata karena ketidakmampuan Rusia mengendalikan mereka.

"Orang-orang ini kemungkinan hanya mencari alasan untuk keluar. Mereka menyadari bahwa Ukraina tidak akan hancur dan menyerah begitu saja," kata Hawn.

Kelompok tentara bayaran Rusia menjadi sorotan usai Wagner melakukan pemberontakan pada Juni lalu. Mereka kian jadi perbincangan usai bos Wagner, Yevgeny Prigozhin, tewas dalam kecelakaan pesawat.

Di bawah kepemimpinan Prigozhin, Wagner menjadi alat pengorganisasian kelompok milisi Rusia lain yang beroperasi di Ukraina.

Prigozhin juga terbiasa membayar tentara dengan nominal yang fantastis bahkan dalam bentuk dolar.

"Meski dia punya reputasi sebagai pria kejam, preman, Prigozhin dikenal sangat memperhatikan rakyatnya, membayar lebih banyak, dan mendapat jumlah besar," ujar Hawn.

Usai kematian Prigozhin, Hawn memandang upaya Rusia mengendalikan milisi di Ukraina tampaknya sulit. Personel tentara bayaran mungkin hanya dibayar dengan rubel atau bisa saja tak diberi upah.

"Mereka juga mungkin tak mendapat pasokan, karena kelompok milisi berada di posisi paling bawah dalam hal logistik Rusia, yang sudah kewalahan," kata dia.

Hawn juga menilai tak menutup kemungkinan milisi Rusia bergabung dengan paramiliter Ukraina.

"Saya tak akan terkejut jika beberapa dari orang-orang ini bertobat dan tiba-tiba bergabung dengan Legiun Rusia Merdeka, terutama jika mereka dibayar dalam dolar,"katanya.

Legiun Rusia Merdeka merupakan sekelompok pejuang Rusia yang pro-Ukraina. Mereka sempat menyerang wilayah Belgorod Rusia.(sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami