Viral Monyet Putih di Uluwatu, Ini Penjelasan Ahli Metafisika
beritabali.com/ilustrasi: Gede hartawan/Viral Monyet Putih di Uluwatu, Ini Penjelasan Ahli Metafisik
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beberapa waktu lalu warga digemparkan dengan kehadiran sosok monyet putih di kawasan Pura Uluwatu Badung, Bali. Sebagian warga menganggap itu sebagai fenomena adanya kelainan genetik berupa albino. Sebagian lagi melihat hal itu sebagai pesan spiritual.
Ahli metafisika, Abiyasa Nusantara Majapahit, dalam kanal youtubenya menjelaskan, kemunculan kera putih di Pura Selonding Uluwatu, dari sudut pandang spriitual merupakan pertanda baik bagi Bangsa Indonesia.
"Itu merupakan pertanda baik, dalam telaah mata bathin, saat ini sedang terjadi proses di negara kita, sedang terjadi "penggorengan", "penggodokan", "olah pranatan" (peraturan) menuju ke sesuatu hal yang lebih baik,"ujarnya.
Meski merupakan sebuah pertanda baik, namun kemunculan monyet putih itu tidak bisa diartikan kondisi negara Indonesia akan segera membaik dalam waktu dekat, pandemi Korona akan segera selesai dan ekonomi akan segera membaik.
"Tidak seperti itu, ini merupakan pesan agar semua bersiap-siap untuk memantapkan hati dan mental. Bahwa apa yang kita alami (pandemi) masih lama, 1 hingga 2 tahun lagi, namun ini menuju ke arah kebaikan. Itu yang disampaikan oleh misteri pesan gaib hadirnya kera putih di Uluwatu,"jelasnya.
Kehadiran monyet putih di Uluwatu, kata Abiyasa, oleh sebagian masyarakat dianggap sebagai fenomena adanya kelainan genetik berupa albino. Namun dari sudut pandang spiritual kehadiran monyet putih ini memiliki pesan tersendiri.
"Ada yang menelaah kehadiran kera putih ini hanya seekor binatang saja, tapi hal-hal aneh yang menyertai kehadirannya perlu ditelaah. Seekor binatang mengunjungi suatu tempat pasti ada maksud tertentu misalnya lapar. Kalau ada binatang yang lapar biasanya sekelompok, akan turun bersama-sama. Jika ada kejadian alam seperti kebakaran hutan atau gunung meletus, binatang akan turun berkelompok.
"Tapi ini (monyet putih) turun sendirian dan perwujudannya aneh. Satu-satunya kera putih yang turun, tidak ada kawanan yang lain. Kemudian turunnya menuju ke pura bukan ke rumah masyarakat yang ada dapurnya, yang menyediakan makanan, tapi ke Pura Selonding. Ini kejadian metafisik, sebagai pesan gaib, peringatan spiritual. Sebuah pencapaian yang akan didapatkan oleh masyaralat Nusantara untuk kehidupan yang lebih baik,"paparnya.
Kera putih, kata Abiyasa, menggambarkan sosok Hanoman yang terkait dengan sosok Prabu Rama dalam Kisah Ramayana. Prabu Rama merupakan titisan dari Hyang Betoro Wisnu (Dewa Wisnu).
"Kehadiran sosok "Hanoman" di Uluwatu, terkait dengan urusan Hyang Betoro Wisnu. Dalam pemahaman tentang perdewataan, Hyang Betoro Wisnu berdampingan dengan Brohmo (Brahma) dan Siwa. Ini merupakan tiga turunan sifat Tuhan yang utama. Hyang Betoro Brohmo aspek kehidupan (penciptaan), Siwa aspek melebur, dan Wisnu aspek "pranatan" (pengaturan/memelihara) di tengahnya. Ini menggambarkan kegembiraan bagi kita, bukan kematian,"jelasnya.
Munculnya monyet putih di Uluwatu, menurut Abiyasa, merupakan suatu hal yang positif dan menggembirakan, karena merupakan isyarat akan tercapainya kejayaan bangsa Indonesia.
"Tapi itu tentu ada prosesnya. Kita saat ini sedang melewati proses seleksi alam. Kita harus menguatkan diri satu atau dua tahun lagi dengan kondisi yang kurang bagus di negara kita. Tapi kondisi yang kurang bagus ini akan mampu dilewati dan bangsa kita akan mampu mencapai kejayaannya dengan orang-orang baru yang mampu melewati seleksi alam ini. Mari kita kuatkan spiritual agar tidak terkena seleksi alam ini,"ujarnya.
Reporter: bbn/tim