Bendungan Nova Kakhovka Meledak, Satu Kota di Ukraina Tenggelam
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Wali kota yang ditunjuk Rusia di Kota Nova Kakhovka, Vladimir Leontyev, mengatakan kota di wilayah selatan Ukraina itu tenggelam usai bendungan meledak pada Selasa (6/6).
Leontyev mengatakan air dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kakhovka membludak tak terkendali usai meledak.
"Pada saat PLTA Kakhovka terus roboh, air keluar tidak terkendali," ujar Leontyev saat siaran TV Channel One, seperti dikutip TASS, Selasa (6/6).
Pada Selasa dini hari, bendungan Nova Kakhovka meledak dan menimbulkan banjir bandang.
Sejumlah video yang belum diverifikasi di media sosial menunjukkan air melonjak melalui sisa-sisa tanggul usai meledak. Ketinggian air itu langsung naik beberapa meter dalam hitungan jam. Luapan air itu pun melintasi zona perang kedua negara.
Menurut layanan darurat Kakhovka, sekitar 600 rumah terendam imbas bencana tersebut.
Baik Rusia dan Ukraina sejauh ini saling menuduh mengenai pihak yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky marah dan menuduh Rusia sebagai pihak yang melakukan perusakan.
"Penghancuran bendungan pembangkit listrik tenaga air Kakhovka hanya menegaskan bagi seluruh dunia bahwa mereka (Rusia) harus diusir dari setiap sudut tanah Ukraina," kata Zelensky di Telegram.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga menuding Ukraina menyabotase bendungan untuk mengalihkan perhatian dari serangan balasannya yang kacau.
Bendungan Kakhovka merupakan tanggul dengan tinggi 30 meter dan panjang 3,2 kilometer. Bendungan ini menampung air yang sama dengan Great Salt Lake di negara bagian Utah Amerika Serikat.
Kakhovka dibangun pada 1965 di Sungai Dnipro sebagai bagian dari PLTA Kakhovka. Bendungan ini juga memasok air ke semenanjung Crimea, yang dicaplok Rusia pada 2014, dan ke pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang juga di bawah kendali Kremlin.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan tak ada risiko langsung terhadap nuklir di pabrik akibat meledaknya bendungan. Meski begitu, IAEA menegaskan pihaknya sedang memantau situasi dengan cermat.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net