search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dubes Ukraina Tersinggung Pernyataan Gubernur Bali Soal Pencabutan Visa on Arrival
Selasa, 14 Maret 2023, 19:25 WITA Follow
image

bbn/liputan6.com/Dubes Ukraina Tersinggung Pernyataan Gubernur Bali Soal Pencabutan Visa on Arrival.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Pernyataan Gubernur Bali I Wayan Koster yang meminta pencabutan layanan Visa on Arrival bagi warga Ukraina membuat Duta Besar Ukraina Vasyl Hamianin merasa tersinggung dan emosi.

Sebelumnya, Koster meminta hal itu karena turis Rusia dan Ukraina dianggap melanggar aturan selama di Bali. Belakangan ini, wisatawan Rusia memang menjadi sorotan di Bali karena bekerja secara ilegal, hingga menjadi PSK. Mereka lantas diusir oleh pihak Imigrasi.

Dubes Ukraina pun tidak terima jika warga negaranya dikaitkan dengan Rusia. Ia mengaku tersinggung pada ucapan Gubernur Bali I Wayan Koster yang mengaitkan warga Ukraina dengan Rusia di isu visa.

Akibatnya, Dubes Ukraina menuntut agar Gubernur Bali melakukan klarifikasi dengan membuka data terkait berapa jumlah wisatawan Ukraina dan Rusia yang terlibat masalah hukum.

"Saya ingin melihat statistiknya untuk memastikan jumlah kejahatan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh warga Ukraina, sampai-sampai mereka dikeluarkan dari Visa on Arrival," ujar Dubes Ukraina Vasyl Hamianin dalam konferensi pers virtual, Selasa (14/3/2023).

Dubes Ukraina berkata ada sekitar lima ribu orang Ukraina di Bali. Jumlah itu ia sebut jauh lebih sedikit ketimbang komunitas Rusia yang mencapai 60 ribu orang di Bali.

Mayoritas orang Ukraina yang berada di Indonesia ada di Bali. Di kota-kota lain hanya ada sedikit warga Ukraina, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Ambon.

Ia pun menegaskan agar kantor gubernur Bali membuka data kepada masyarakat luas terkait orang Ukraina yang bermasalah sehingga Visa on Arrival harus dicabut.

"Tolong berbaik hatilah untuk menyediakan statistiknya. Mungkin tidak ke saya. Mungkin saya tidak memerlukannya. Publikasikan saja. Buktikan bahwa rakyat Ukraina melakukan kejahatan dalam skala yang cukup untuk dicekal dari Visa on Arrival. Saya ingin lihat statistiknya," ujar Dubes Ukraina.

Dubes Ukraina berkata ogah membahas soal Rusia, tetapi ia menegaskan agar Ukraina jangan dimasukkan satu kategori dengan Rusia. Ia pun mengingatkan bahwa alasan warga Rusia dan Ukraina berada di Bali berbeda. 

Warga Rusia ia sebut melarikan diri dari panggilan perang, sementara warga Ukraina ke Bali karena evakuasi dari invasi Rusia. 

"Ketika pengeboman dan ledakan berhenti, mereka (warga Ukraina) akan segera pulang ke rumah. Sementara orang Rusia sebaliknya adalah orang-orang yang tidak ingin dimobilisasi untuk tentara Rusia. Mereka adalah laki-laki, mayoritas laki-laki muda, yang pergi ke berbagai tempat di dunia," ujar Dubes Ukraina. 

Pada akhir tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memang menggelar mobilisasi sipil supaya ikut perang. Para laki-laki Rusia lantas banyak yang berbondong-bondong memilih pergi ke luar negeri.

Terkait masalah di Indonesia, Dubes Ukraina berkata pencabutan Visa on Arrival merupakan wacana yang tidak bersahabat.

Ia pun mendukung otoritas Indonesia agar menindak apabila ada turis Ukraina yang melanggar hukum, namun ia meminta warga Indonesia merangkul warga Ukraina sebagai sahabat.

"Kami berharap Indonesia akan terus memperlakukan warga Ukraina sebagai sahabat dan dengan simpati kepada orang-orang yang kehilangan rumahnya, kehilangan properti, kehilangan kaki mereka, literally kehilangan semuanya, bahkan kehilangan orang-orang tercinta selama serangan brutal dari Federasi Rusia," ujar Dubes Ukraina. (sumber: liputan6.com)

Editor: Robby

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami