Hari PPOK Sedunia: Merawat Paru, Merawat Hidup
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) masih terus menjadi perhatian. Hari ini, Kamis (17/11), diperingati sebagai Hari PPOK Sedunia.
Pada tahun ini, peringatan mengambil tema "Your lungs for life" atau "Paru-paru untuk kehidupan." Merawat paru-paru berarti sama dengan merawat kehidupan.
Baca juga:
Sepuluh Kebiasaan Untuk Meredakan Stres
Seperti dilansir dari laman Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), tema tahun ini menyoroti pentingnya menjaga kesehatan paru seumur hidup. Menjaga kesehatan paru adalah bagian integral dari kesehatan dan kesejahteraan masa depan.
Sayangnya, tidak banyak yang familiar dengan PPOK. Bahkan, sebagian orang menganggap ini hanya sakit asma biasa.
"Pada prinsipnya, gejalanya mirip asma tapi sesaknya lebih progresif, makin lama makin memburuk. Kasusnya cukup tinggi di dunia," kata Agus Dwi Susanto, Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PP PDPI) dalam konferensi pers virtual, Rabu (16/11).
Menilik data global, sekitar 384 juta penduduk dunia hidup dengan PPOK. Arief Bakhtiar, dari Pokja Asma PPOK PDPI menuturkan bahwa PPOK merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia.
Apa itu PPOK?
Arief mendefinisikan PPOK berdasarkan GOLD terbaru yakni:
- kondisi paru yang heterogen,
- gejala pernapasan kronis berupa sesak, batuk, produksi dahak,
- ada abnormalitas saluran pernapasan dan atau alveoli paru (kantung udara tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida),
- terjadi hambatan aliran udara persisten dan sering progresif.
PPOK biasanya akan terlihat saat seseorang memasuki usia dewasa tua. Arief mengatakan, banyak pasien yang datang dengan penyakit komorbid seperti masalah kardiovaskular, gangguan otot, kanker paru, atau penyakit metabolik.
Faktor risiko PPOK
Sama seperti penyakit lainnya, PPOK juga memiliki beberapa faktor risiko. Beberapa faktor ini meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit yang menyerang saluran pernapasan tersebut. Berikut di antaranya:
- kebiasaan merokok baik aktif maupun pasif,
- paparan asap baik dalam ruangan maupun luar ruang,
- faktor genetik,
- riwayat infeksi saluran napas sewaktu kecil,
- paparan debu industri.
Pada orang sehat, kondisi alveoli akan seperti jalinan buah anggur yang bulat utuh. Sementara pada orang dengan PPOK, alveoli seperti melebar, memanjang, dan rusak.
Kondisi seperti ini akan memicu sejumlah gejala seperti sesak napas (progresif dan makin buruk saat olahraga), batuk lama disertai mengi (napas yang berbunyi), ada produksi dahak, dan cepat lelah atau ngos-ngosan meski aktivitas ringan.
Jika menemukan gejala ini, Anda sangat disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter. Pasien akan melalui serangkaian pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis PPOK, salah satunya pemeriksaan dengan spirometry.
Apakah PPOK bisa sembuh?
Arief menjelaskan bahwa pasien akan diberikan terapi yang sesuai, tetapi tujuannya adalah mengurangi gejala (menghilangkan gejala, meningkatkan toleransi aktivitas, meningkatkan status kesehatan) dan mengurangi risiko kekambuhan serta perkembangan penyakit.
Pasien akan menjalani terapi menggunakan obat inhaler atau obat yang diisap dalam jangka lama.
"[Terapi] tidak ada tujuan menyembuhkan. Sekali PPOK, selamanya melekat," katanya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net