search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
I Wayan Konolan, Seniman Kerawitan yang Lahir dari Institusi Banjar
Minggu, 30 September 2018, 08:25 WITA Follow
image

Beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com,Denpasar. Lamat-lamat sayub suara gender itu bagai hendak menyeka bising kendaraan yang lalu lalang. Di bilangan jalan Hayam Wuruk, Banjar Kayu Mas Kaja, seorang seniman sepuh bernama I Wayan Konolan juga seperti hendak meredam bara kota, mengantar Matahari dengan sekar Sungsang, entah apalagi nama tabuh itu. Namun gender lah kian hari mendekatkan sang tokoh bernama I Wayan Konolan menyatu dengan nada muasal, dawai pribadinya seperti turut terpetik dengan ilahi.
 
[pilihan-redaksi]
I Wayan Konolan, lebih dikenal dengan panggilan Pan Weca, lahir pada tahun 1930. Anak paling tua pasangan I Made Rengkeng dengan Ni Made Ceblek ini, mengaku telah belajar megender sejak zaman Belanda. Sang guru bernama I Made Regog, seniman tabuh terkenal zaman itu. Konolan mengaku tidak mempunyai pengalaman menarik untuk dituturkan, selain kesehariannya yang sangat sederhana. Pendidikan formalnya hanya sampai SR (Sekolah Rakyat) di zaman penjajahan Belanda. Banjar adalah institusinya, pusat dimana ia “diwisuda” sebagai seniman dalam proses sosialisasi yang sangat egaliter. Dan dalam sebuah komune banjar lah I Wayan Konolan merasa dikondisikan bakat alaminya.
 
Sebagai pengrawit yang hampir sepenuhnya menenggelamkan hidupnya pada gambelan, I Wayan Konolan juga dipercaya sebagai pengajar dan guru tabuh di sejumlah banjar. Beberapa diantaranya masih ia ingat, yakni : Banjar Titih, Banjar Tatasan, Banjar Sesetan Kaja, Banjar Antab Panjer, Banjar Yangbatu, Banjar Kayu Mas Klod, Desa Padang Sumbu, Banjar Bengkuri, Kesiman, Banjar Yangbatu Kangin, Banjar Oongan, Banjar Poh Gading, Ubung, dan Banjar Kayu Mas Kaja.
 
Di samping sebagai guru karawitan, kerap dalam kesehariannya Konolan juga sering mengiringi dalang-dalang terkenal di Kabupaten Badung. Sebagai penabuh gender terbaik, beberapa kali ia sempat mengiringi dalang Ida Bagus Tegal dari Geria Tegal, dalang Ida Bagus Bindu dari Kesiman, dalang Ida Bagus Buduk dari Geria Buduk. Konolan juga aktif dan beberapa kali terlihat mengikuti Festival Wayang dan serasehan wayang Bali bersama dengan tokoh-tokoh pewayangan di Bali.
 
Konolan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam menggali kembali tabuh-tabuh kuna yang nyaris punah. Sebagai contoh ia mampu “merestorasi” kembali gending panangkilan bapang. Tabuh kuna dan langka ini hanya ada pada beberapa sekaa yang masih patuh pada tradisi gambelan. 
 
[pilihan-redaksi2]
Kendati hanya mampu menempuh pendidikan formal setingkat SD, Konolan ternyata memiliki dedikasi yang tinggi dalam pendidikan. Terbukti 6 dari anaknya semua lulusan perguruan tinggi dan sebagian besar mengikuti jejak sang ayah. Perkawinan dengan Ni Ketut Ririt tahun 1947 melahirkan : I Wayan Suweca SS Kar, Ir Ni Made Sudarmi, I Nyoman Sudana, BA, Ni Ketut Suryatini, BA, I Wayan Sujana SS Kar dan Ni Made Budiati SH.
 
Konolan yang beberapa kali sempat mengiringi pementasan wayang kulit ke luar negeri ; Belanda dan Australia, sebelumnya telah mendapat piagam penghargaan Dharma Kusuma Prop. Bali dari Prof. Dr. Ida Bagus Mantra (Almarhum), piagam Upakarti dari Bupati Badung Pande Made Latra. (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami