Lebih dari 100 Warga Suriah Meninggal Imbas Banjir Bandang di Libya
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Lebih dari 100 warga Suriah meninggal akibat banjir bandang yang menewaskan ribuan orang di kota timur Libya, Derna, pada Minggu (10/9).
Mengutip AFP, ribuan warga Suriah telah melarikan diri, dari tanah air mereka yang dilanda perang selama 12 tahun terakhir, menuju Libya.
"Dalam total, 112 warga Suriah tewas dalam banjir ini dan lebih dari 100 lainnya masih hilang," kata Rami Abdel Rahman, yang memimpin pemantau perang Syrian Observatory for Human Rights.
Banjir tersebut telah menewaskan hampir 3.300 orang dan meninggalkan ribuan lainnya yang hilang ketika Libya yang dilanda perang dilanda oleh Badai Daniel dengan kekuatan badai topan.
"Saya kehilangan dua keponakan, istri mereka, dan enam anak mereka, termasuk seorang bayi berusia enam bulan," kata pekerja konstruksi Suriah, Khaled Ali, kepada AFP melalui telepon dari Derna.
Keponakannya, Hadi dan Mahmoud, telah mencari perlindungan di Lebanon setelah perang di Suriah meletus pada 2011, tetapi mereka kemudian melarikan diri ke Libya setelah ekonomi negara mereka runtuh pada akhir 2019.
"Kami melarikan diri dari satu krisis ke krisis lainnya," kata pria berusia 37 tahun yang berasal dari provinsi Daraa, tempat berawalnya pemberontakan Suriah pada 2011 yang ditekan secara brutal oleh pemerintah.
"Ini adalah takdir kami," imbuhnya.
Dia mengidentifikasi jenazah keponakannya dalam foto-foto yang diposting di Facebook.
Keluarga-keluarga warga Suriah yang hilang dalam tragedi tersebut telah berbagi foto-foto anggota keluarga mereka di grup-grup Facebook, meminta informasi tentang keberadaan mereka.
Ibrahim Qalaaji, penduduk Damascus berusia 46 tahun, mengadakan pemakaman untuk delapan kerabatnya, termasuk saudaranya Mohammed, yang entah meninggal atau hilang dalam bencana itu, katanya kepada AFP melalui telepon.
"Seorang dokter di sana memberi tahu kami bahwa saudara saya dan istrinya telah meninggal, tetapi tidak ada jejak dari seluruh keluarga yang lain," katanya.
Mohammed telah berada di Libya sejak tahun 2000.
Saudaranya yang selamat, Shadi, terbawa oleh air dari atas atap dan bergantung pada menara masjid ketika air membawa jenazah-jenazah ke arahnya.
"Shadi kehilangan seluruh barang miliknya, termasuk dokumen identifikasi, dalam bencana tersebut," kata Qalaaji.
"Dia tidak memiliki masa lalu, tidak memiliki masa kini, tidak memiliki masa depan," imbuhnya.
Perang di Suriah telah menewaskan lebih dari 500 ribu orang dan mengungsikan jutaan lainnya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net