search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Pelaku Pariwisata Bali Kurang Menyerap Hasil Pertanian Lokal
Selasa, 4 September 2012, 18:33 WITA Follow
image

google.com/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Para petani di Bali mengeluhkan perilaku para pelaku industri pariwisata di Bali yang kurang menyerap hasil pertanian lokal masyarakat Bali. Para petani di Bali mengaku industri pariwisata Bali menilai harga hasil pertanian di Bali terlalu mahal dan industri pariwisata Bali ingin membeli produk pertanian import yang lebih murah meski kualitasnya rendah.

"Alasan para pelaku industri pariwisata Bali adalah tidak adanya kontinuitas, volume, dan kualitas. Ini alasan yang tidak masuk akal karena semua hal tersebut bisa diatur sesuai kesepakatan, karena teknologi dan SDM memadai," ungkap Ketua HKTI Bali, Nyoman Suparta, di Kantor Bali Tourism Board Denpasar, Selasa (4/9/2012).

Menurut Suparta, hasil pengamatan dan pengalaman lapangan dalam mengadvokasi petani Bali menunjukkan, para pelaku pariwisata yakni hotel dan restauran tidak menerima hasil pertanian lokal Bali lebih disebabkan oleh penerapan kualitas ganda yang dilakukan pelaku pariwisata. Dalam kenyataanya di lapangan ia mencontohkan, kualitas buah dan daging sapi lokal Bali malah lebih baik dibanding dengan kualitas hasil import.

Kualitas ganda yang dimaksud adalah pihak hotel ingin membeli produk yang murah dengan kualitas yang sedang-sedang saja. "Kami pernah mendekati manajer sebuah hotel. Setelah dia melihat sendiri kualitas telur dan daging, maka ia menyatakan akan menggunakan produk kami. Namun setelah diantar ke pihak pembeli, mereka mengatakan harganya terlalu mahal dan ingin membeli produk import yang lebih murah tetapi kualitasnya rendah," imbuh Suparta.

Melihat kenyataan ini, Suparta meminta perlu ada kesepakatan antara pemerintah, petani, dan pelaku pariwisata Bali. Adapun poin kesepakatkan tersebut yakni harus mengutamakan produk lokal. Sedangkan dari pihak petani perlu memperhatikan kualitas, kontinuitas dan volume produk. "Ketiga unsur ini sangat bisa diatasi dan petani Bali mampu melakukan itu semua.

 

Jangan sampai menggunakan alasan kontinuitas untuk menyingkirkan produk lokal karena produksi lokal Bali sangat tergantung musim. Itu semua bisa diatasi," papar Suparta optimis 
 

Reporter: bbn/rob



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami