Sosok Menhan Rusia Sekutu Putin Yang Bikin Wagner Group Berontak
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Di tengah invasinya ke Ukraina, Rusia dihadapkan dengan pemberontakan tentara Wagner Group yang berbalik menyerang militer Negeri Beruang Merah pada akhir pekan lalu.
Wagner Group sempat menyerbu markas militer Rusia di Rostov dan memobilisasi pasukan ke Moskow sebelum membatalkannya.
Pemberontakan itu dilakukan Wagner Group setelah sang bos, Yevgeny Prigozhin menuding Kemhan Rusia menyerang kamp militer pasukannya hingga menewaskan banyak personel. Ia pun menyerukan prajuritnya menyerbu Rostov dan Moskow guna menggulingkan Shoigu.
Wagner Group merupakan salah satu paramiliter yang diandalkan Rusia untuk membantu melancarkan invasinya ke Ukraina. Sejak bergabung dengan pasukan Rusia di Ukraina, Wagner Group kerap mengeluhkan kapabilitas tentara Negeri Beruang Merah yang berada di bawah pimpinan Shoigu.
Prigozhin juga selama ini selalu blak-blakan menuding Kemhan Rusia yang bobrok, korup, dan tidak becus menjalankan strategi perang di Ukraina.
Lalu, siapa Sergei Shoigu yang membuat Prigozhin naik pitam?
Sergei Shoigu merupakan Menteri Pertahanan Rusia yang ditunjuk sejak 2012. Shoigu berasal dari Tuva, selatan Siberia, dan menjadi salah satu dari sedikit orang Rusia non-etnis yang menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan usai runtuhnya Uni Soviet.
Shoigu memulai kariernya pada 1994 kala dia diangkat sebagai menteri situasi darurat pada tahun-tahun awal kepresidenan Boris Yeltsin.
Ia sudah lama dianggap tidak hanya sebagai sekutu politik, tapi juga salah satu dari sedikit teman Putin dalam jajaran elite Kremlin.
Bukan cuma dekat, Shoigu bahkan disebut-sebut sebagai calon pengganti Putin. Dalam beberapa jajak pendapat, salah satunya yang dirilis Levada Center, sang Menhan menempati posisi kedua setelah Putin sebagai pemimpin yang paling bisa dipercaya publik.
Baca juga:
Wagner Group Berontak">Putin-Elite Militer Rusia Masih 'Sembunyi' Usai Wagner Group Berontak
Ia memperoleh 26 persen suara, tepat di belakang Putin yang mengantongi 60 persen suara. Survei itu dilakukan pada 2015 kepada 1.600 responden dengan margin of error tidak lebih dari 3,4 persen.
Karena penilaian bagusnya ini, beberapa analis menilai Shoigu bisa menjadi calon pengganti Putin.
Pada 2013, Putin juga sempat menjawab dalam acara mengenai apakah dia menganggap Shoigu sebagai penggantinya di masa depan. Dia membiarkan rakyat Rusia untuk memilih pengganti dirinya.
"Rakyat Federasi Rusia yang akan memilih pengganti saya," kata Putin, seperti dikutip The Moskow Times.
Namun, hubungan dekat Putin dan Shoigu selama beberapa dekade ini kini menghadapi ujian berat. Pemberontakan Wagner sukses menjadi momok besar untuk nasib Shoigu, yang selama ini dikecam Prigozhin atas langkahnya dalam invasi di Ukraina.
Menurut The Moskow Times, posisi Shoigu saat ini sangat genting karena tingkat keparahan serangan Prigozhin yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap dia maupun kementeriannya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net