Warga Ukraina Pamer Hancurkan Tiga Drone Rusia Pakai Senjata Kuno
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Sejumlah warga Ukraina yang menjadi relawan perang membanggakan keberhasilan mereka menghancurkan tiga drone Rusia menggunakan senjata kuno peninggalan Tentara Merah. Komandan kelompok relawan itu bercerita bahwa mereka pertama kali berhasil menjatuhkan drone Rusia pada Oktober lalu.
"Drone pertama pada Oktober. [Drone] itu terbang di siang hari, jadi terlihat dengan jelas. Kami menembaknya ketika drone itu memasuki sektor kami," ucap warga yang dijuluki Kolonel Smak itu kepada AFP.
Setelah itu, tim Smak menjatuhkan dua drone lagi pada Tahun Baru walau kondisi sekitar tak sebaik waktu mereka menghancurkan yang pertama.
"Dua lainnya terbang di 1 Januari malam, setelah Tahun Baru. Saat itu gelap, tapi rekan kami mengarahkan lampu sorot dan menggunakan kamera termal, jadi kami bisa memantau dan menembaknya," ucapSmak.
Secara keseluruhan, Smak memimpin satu tim relawan yang formasinya diperkuat oleh 80 warga sipil. Mereka bergantian memantau drone sepanjang siang dan malam.
Mereka bermarkas di satu ruang bawah tanah di bangunan yang sedang diperbaiki di Kyiv. Setiap siang selalu ada orang berjaga di sana.
Ketika waktu menunjukkan pukul 20.00, sekelompok orang lainnya akan datang untuk menggantikan tim yang sudah berjaga sejak pagi.
Jika sirene serangan udara bergema, mereka akan langsung masuk mobil dan tancap gas ke lembah terdekat.
Di sana, mereka siaga di posisi tembak. Mereka akan langsung melepaskan tembakan jika melihat drone mendekati arah ibu kota.
Dalam beberapa bulan belakangan, Rusia kerap menembakkan drone Shahed buatan Iran. Tak seperti rudal, drone itu terbang lebih lambat.
Selain itu, mesin drone itu juga kecil, tapi berisik. Alhasil, relawan Ukraina dapat dengan cepat mendeteksi drone yang dikerahkan Rusia.
Para relawan pun bisa menembak drone-drone Rusia itu berbekal senjata kuno Degtyaryov yang dipakai Tentara Merah pada medio 1920-an.
Salah satu relawan, Valdemar, bercerita bahwa senjata itu cukup mumpuni. Namun, upaya mereka menghalau drone Rusia akan terhambat jika kabut datang.
"Paling sulit jika ada kabut. Kami bisa mendengar drone terbang, tapi tak bisa melihatnya. Tiba-tiba, kami hanya bisa mendengar drone itu menghantam target," tutur Valdemar.
Seorang relawan lainnya, Mykola, pun berangan bisa mendapatkan sistem pertahanan secanggih Iron Dome milik Israel.
"Jika ada sesuatu seperti Iron Dome di Israel, saya akan sangat senang," katanya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net