search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Kerajinan Kepompong Ulat Sutra Diminati
Senin, 27 Agustus 2007, 08:19 WITA Follow
image

Beritabali.com

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Kebanyakan orang sudah mengetahui bahwa kepompong ulat sutra dapat dipergunakan sebagai bahan baku kain sutra. Namun belum banyak yang tahu kalau bahan alami ini dapat dikembangkan menjadi aneka kerajinan yang mempunyai daya jual tinggi. Selain warnanya yang keemasan, bentuk yang dihasilkanpun unik dan khas.

Belakangan ini produk kerajinan berbahan kepompong ulat sutra alam semakin diminati masyarakat. Potensi pasar yang belum banyak digarap ini mulai dilirik pengerajin Kota Denpasar.Seperti yang dilakoni oleh Putu Suandewi melalui bendera Suvanahanya. Ibu dua anak ini setahun belakangan menekuni pembuatan beragam kerajinan yang berbahan baku kepompong ulat sutra.

"Bahan bakunya adalah kepompong ulat sutra alam, berbeda dengan bahan baku kain sutra yang menggunakan kepompong ulat sutra ternakan," tegas wanita asal Singaraja ini. Menurutnya kepompong ulat sutra alam memiliki warna dan bentuk yang khas sehingga lebih menarik ketika dipergunakan sebagai bahan baku produk kerajinan.

Aneka aksesoris wanita seperti bros, giwang, kalung dan sebagainya, kap lampu, kotak tisu, tas, sandal dan lain-lain diproduksi 10 karyawan Suandewi di bengkel kerjanya di Jalan Pulau Misol No. 48 Denpasar.Awalnya bermodalkan 3 Kg kepompong ulat sutra, namun kini dalam sebulan pihaknya membutuhkan hingga 100 Kg bahan baku yang umumnya didatangkan dari Jawa ini. "Yang paling banyak dari Jawa Tengah dan Jawa Timur," jelasnya.

Pada saat musim hujan Suandewi mengaku agak kesulitan mengumpulkan bahan baku karena kepompong alam hanyut oleh hujan. Kini omset perusahaannya rata-rata mencapai 30 - 40 juta sebulan. Meski hanya memenuhi pasar lokal, pihaknya mengaku kewalahan memenuhi pesanan yang datang. "Umumnya pesanan datang dari suplier outlet-outlet asesoris di mal-mal dan swalayan,"jelasnya. Namun alumnus D3 ABA Yogyakarta ini mengaku ingin meluaskan pasarnya hingga ke mancanegara.

"Website cocoon craft ini tengah dibuat untuk meluaskan pasar," tegasnya. Pasar global dilirik mengingat kerajinan yang ditekuninya ini berawal dari pesanan wisman Perancis. "Sebulan bekerja keras mencoba berulang-ulang bentuk yang diinginkan, namun ketika sudah jadi malah tidak datang," tambahnya. Akhirnya produk pertama itu dibeli pembeli lokal.

"Berawal dari promosi mulut ke mulut hingga sekarang sudah mulai dikenal," jelas Suandewi yang memang hobi membuat aneka pernak-pernik sejak SMA.Aneka aksesoris wanita dijualnya mulai dari harga Rp. 10.000 hingga Rp. 30.000. Sedangkan tas wanita dibanderol mulai Rp. 140.000 - RP. 250.000, sedangkan kap lampu antara RP. 150.000 - Rp. 260.000.

"Untuk tas memang agak mahal karena tingkat kesulitan yang tinggi,"ujarnya. Meski demikian, produk tersebut cukup diminati mengingat bentuk dan bahannya yang khas.Baginya kreatifitas dan inovasi dalam hal design amat diperlukan dalam indutri kerajinan tangan. Oleh karenanya selain terus berusaha mengembangkan design, dirinya memperluas wawasan dengan mengkoleksi ratusan buku tentang design dan kerajinan tangan.

"Termasuk beberapa buku import sebagai bahan referensi," ujar wanita yang fasih berbahasa Jepang ini. 

Reporter: bbn/ctg



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami