Seni Tari, Desain, dan Museum Perak
Senin, 7 Juli 2008,
07:17 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, GIANYAR.
Berawal dari seorang penari berprestasi, Desak Nyoman Suarti kini telah menjadi seorang designer sekaligus pengusaha perak terkenal, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Seperti apa perjalanan hidupnya?
Nama Desak Nyoman Suarti, kini sudah tidak bisa dipisahkan dengan kerajinan perak di Bali. Namanya telah menjadi sebuah ‘brand’ yang cukup terkenal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Lewat tangan dinginnya, wanita dengan tiga orang anak ini kini sudah bisa menikmati sukses dari bidang yang digelutinya, yakni desainer sekaligus produsen aneka kerajinan perak. Hingga saat ini, sudah ribuan desain yang dihasilkan wanita kelahiran Pengosekan Kaja, Ubud, ini.
Ketika ditemui di Suarti Design Centre, Celuk, Sukawati, Gianyar, wanita yang kini sudah berumur kepala lima ini dengan lugas menceritakan perjalanan hidupnya hingga menjadi seorang designer kerajinan perak handal.
“Kami merupakan keturunan penari. Berkat bimbingan Nini (nenek) Nesa yang juga nenek saya inilah yang membuat saya mendapatkan juara 1 lomba tari Teruna Jaya di Buleleng pada tahun 1968, dalam Festival Gong Kebyar se-Bali,“ ujarnya.
Semenjak menjadi juara tari itulah Suarti muda kemudian mulai mengenal dunia, disamping bakat seni lukis yang dimilikinya.
Lewat seni tari dan seni lukis, Desak Suarti kemudian bertemu dan kemudian melangsungkan pernikahan dengan warga negara Amerika Serikat, Charles Levins di tahun 1973.
“Setelah menikah kami langsung mengajar dan tinggal di Singapura. Di negeri ini kami juga sempat belajar Fashion. Namun nasib berkata lain, setelah tinggal 7 tahun di negeri ini kami kemudian bercerai. Kami kemudian pindah ke Amerika,“ katanya.
Setelah, bercerai, Suarti lalu berkiprah di New York Asia Soceity, Amerika Serikat. Di tempat ini Suarti semakin memantapkan diri untuk hidup dari dunia seni. Ia kemudian mengajar seni di seluruh Universitas di Amerika Serikat.
“Kebetulan saat itu Presiden Amerika, Carter, sangat antusias dengan dunia seni, jadi kami semakin mendapatkan tempat,“ jelas penerima penghargaan Kartini Award ini.
Selama tinggal di negeri Paman Sam ini, Suarti kembali menemukan jodoh dengan seorang warga Negara Amerika. Tahun 1983, Suarti kembali menikah dengan Peter Luce, dan menjadi teman hidupnya hingga saat ini.
Setelah menikah dengan Peter, Suarti semakin menekuni dunia fashion yang sempat dipelajarinya di Singapura. Dari sekian pernak-pernik di dunia fashion, Suarti akhirnya fokus pada asesoris fashion yang terbuat dari perak.
Berawal dari produksi kecil-kecilan dalam jumlah terbatas, bisnis kerajinan perak Suarti kemudian bekembang pesat. Bisnis perak Suarti dan suaminya semakin melambung ketika dirinya mampu membeli perusahaan perak terbesar di Canada, Balinesia Inc.
Di tahun 1990, Suarti bersama suami pulang kampung halaman di Gianyar dan meneruskan bisnis peraknya di Bali. Dalam perjalanan bisnisnya, wanita enerjik ini telah membuat beberapa perusahaan mulai Suarti Collection hingga PT Suarti Design Center (SDC), yang fokus pada pembuatan desain aneka jenis kerajinan perak.
“Kami juga tergabung dalam Home Shoping Network USA, jadi semakin banyak ada orderan,†ucapnya.
Sampai saat ini, sambung Suarti, dirinya terus berkarya untuk membuat aneka design kerajinan perak baru. Bahkan dalam waktu dekat ini, ia juga berencana membuat Museum Perak di Singapadu, Gianyar, dan selanjutnya juga akan dibangun di Buleleng, Bali utara.
“Ini sebagai bentuk kecintaan saya terhadap dunia seni, khususnya kerajinan perak,†pungkasnya. (art)
Nama Desak Nyoman Suarti, kini sudah tidak bisa dipisahkan dengan kerajinan perak di Bali. Namanya telah menjadi sebuah ‘brand’ yang cukup terkenal, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Lewat tangan dinginnya, wanita dengan tiga orang anak ini kini sudah bisa menikmati sukses dari bidang yang digelutinya, yakni desainer sekaligus produsen aneka kerajinan perak. Hingga saat ini, sudah ribuan desain yang dihasilkan wanita kelahiran Pengosekan Kaja, Ubud, ini.
Ketika ditemui di Suarti Design Centre, Celuk, Sukawati, Gianyar, wanita yang kini sudah berumur kepala lima ini dengan lugas menceritakan perjalanan hidupnya hingga menjadi seorang designer kerajinan perak handal.
“Kami merupakan keturunan penari. Berkat bimbingan Nini (nenek) Nesa yang juga nenek saya inilah yang membuat saya mendapatkan juara 1 lomba tari Teruna Jaya di Buleleng pada tahun 1968, dalam Festival Gong Kebyar se-Bali,“ ujarnya.
Semenjak menjadi juara tari itulah Suarti muda kemudian mulai mengenal dunia, disamping bakat seni lukis yang dimilikinya.
Lewat seni tari dan seni lukis, Desak Suarti kemudian bertemu dan kemudian melangsungkan pernikahan dengan warga negara Amerika Serikat, Charles Levins di tahun 1973.
“Setelah menikah kami langsung mengajar dan tinggal di Singapura. Di negeri ini kami juga sempat belajar Fashion. Namun nasib berkata lain, setelah tinggal 7 tahun di negeri ini kami kemudian bercerai. Kami kemudian pindah ke Amerika,“ katanya.
Setelah, bercerai, Suarti lalu berkiprah di New York Asia Soceity, Amerika Serikat. Di tempat ini Suarti semakin memantapkan diri untuk hidup dari dunia seni. Ia kemudian mengajar seni di seluruh Universitas di Amerika Serikat.
“Kebetulan saat itu Presiden Amerika, Carter, sangat antusias dengan dunia seni, jadi kami semakin mendapatkan tempat,“ jelas penerima penghargaan Kartini Award ini.
Selama tinggal di negeri Paman Sam ini, Suarti kembali menemukan jodoh dengan seorang warga Negara Amerika. Tahun 1983, Suarti kembali menikah dengan Peter Luce, dan menjadi teman hidupnya hingga saat ini.
Setelah menikah dengan Peter, Suarti semakin menekuni dunia fashion yang sempat dipelajarinya di Singapura. Dari sekian pernak-pernik di dunia fashion, Suarti akhirnya fokus pada asesoris fashion yang terbuat dari perak.
Berawal dari produksi kecil-kecilan dalam jumlah terbatas, bisnis kerajinan perak Suarti kemudian bekembang pesat. Bisnis perak Suarti dan suaminya semakin melambung ketika dirinya mampu membeli perusahaan perak terbesar di Canada, Balinesia Inc.
Di tahun 1990, Suarti bersama suami pulang kampung halaman di Gianyar dan meneruskan bisnis peraknya di Bali. Dalam perjalanan bisnisnya, wanita enerjik ini telah membuat beberapa perusahaan mulai Suarti Collection hingga PT Suarti Design Center (SDC), yang fokus pada pembuatan desain aneka jenis kerajinan perak.
“Kami juga tergabung dalam Home Shoping Network USA, jadi semakin banyak ada orderan,†ucapnya.
Sampai saat ini, sambung Suarti, dirinya terus berkarya untuk membuat aneka design kerajinan perak baru. Bahkan dalam waktu dekat ini, ia juga berencana membuat Museum Perak di Singapadu, Gianyar, dan selanjutnya juga akan dibangun di Buleleng, Bali utara.
“Ini sebagai bentuk kecintaan saya terhadap dunia seni, khususnya kerajinan perak,†pungkasnya. (art)
Berita Gianyar Terbaru
Reporter: -