Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Jokowi dan Anomali Loyalis Cinta Buta

jakarta

Rabu, 2 Oktober 2013, 08:45 WITA Follow
Beritabali.com

inilah.com/ilustrasi

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Beritabali.com, Jakarta. Popularitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat ini berada di posisi puncak. Setiap gerak Jokowi dipantau oleh media dan publik. Di saat bersamaan, Jokowi memunculkan loyalis yang dalam titik tertentu gelap mata. Inilah anomali di era demokrasi yang tidak baik.

"Jangan mengritik Jokowi, maka Anda akan diserang" demikian adagium yang muncul di tengah khalayak terkait fenomena Jokowi. Dalam titik inilah, Jokowi telah memunculkan loyalis fanatis yang siap setiap saat menjaga dan mengawal Jokowi dari para pengritiknya.

Fenomena ini pula diamati pemerhati politik kenegaraan Yudi Latif. Menurut dia, lingkar dalam di sekeliling Jokowi memberi penjagaan yang berlebihan. "Saya melihat terlalu over protective. Sehingga kritik itu dianggap ancaman. Akibatnya, mengembangkan sikap asal menyerang kepada siapa saja yang mengritik Jokowi," ujar Yudi Latif usai menjadi pembicara di Gedung DPD, Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (30/9/2013).

Padahal, kata Yudi Latif, sikap menjaga Jokowi secara berlebihan yang memunculkan sikap antikritik akan berdampak kontraproduktif terhadap figur jagoan mereka sendiri. "Ada kecenderungan lingkar dalam Jokowi over protective. Padahal, Jokowi besar karena kebesaran menerima kritik sebesar apapun. Mungkin itu bukan sikap Jokowi, tapi sikap lingkar dalam Jokowi," sebut Yudi. Kondisi yang menimpa Jokowi saat ini, kata Yudi, bisa saja dikarenakan lingkar dalam Jokowi berkeinginan menutup akses pihak lainnya terhadap mantan Walikota Solo itu.

Fenomena pembelaan membabi buta terhadap Jokowi muncul di saat ada suara miring atau kritik terhadap tokoh idolanya. Fenomena itu secara dominan muncul di dunia maya maupun di berbagai media. Siapapun yang mengritik Jokowi, maka bersiaplah akan mendapat serangan balik dari para loyalisnya.

Kritik yang terbaru muncul dari mantan Ketua MPR Amien Rais yang secara lantang mengritik Jokowi tentang nasionalisme dan popularitasnya. Amien mengingatkan agar publik tanah air tidak memilih Jokowi hanya karena popularitas semata.

Padahal, kritik Amien Rais tersebut, menurut Ketua Fraksi PAN Tjatur Sapto Edy kritik sebagai bentuk sayang Amien Rais kepada Jokowi. "Itu bentuk kecintaan Pak Amien kepada rakyat Indonesia dan bentuk sayang dan dorongan kepada Pak Jokowi untuk lebih berprestasi," ujar Tjatur.

Board of advisors center for strategic and international studies (CSIS) Jeffry Geovanie mengatakan dukungan terhadap Jokowi untuk maju sebagai Capres 2014 adalah murni atas permintaan rakyat. Maka, salah besar bila ada pihak yang menuduh itu direkayasa. "Jokowi jadi Presiden RI 2014 benar-benar karena gerakan yang tumbuh alami dari masyarakat," tegas Jefrey, akhir pekan lalu.

Dukungan publik terhadap Jokowi memang tak bisa dimungkiri. Meski, kritik yang ditujukan pada diri Jokowi yang saat ini menjadi Gubernur DKI Jakarta, bukanlah hal yang tabu apalagi dilarang. Mengritik Jokowi merupakan keniscayaan di alam demokrasi ini. Justru aneh, bila ada larangan mengritik Jokowi. Inilah demokrasi. [bbn/inilah.com]

 

 

 

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami