search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Teroris Aktif Gunakan Dunia Maya untuk Propaganda
Kamis, 12 November 2015, 18:10 WITA Follow
image

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Sanur. Seluruh masyarakat di Indonesia diminta waspada dan berhati-hati. Pasalnya kelompok radikal atau teroris itu kini telah menguasai sebagian besar dunia maya seperti media sosial, media online melalui jaringan internet. 
 
Hal itu disampaikan Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI Abdul Rahman Kadir dalam keterangan resminya disela acara "Workshop Program Damai di Dunia Maya Dalam Pencegahan Terorisme" di Sanur, Denpasar, Kamis (12/11/2015).
 
Menurut Abdul Rahman, pengguna dunia maya di Indonesia saat ini telah mancapai 88 juta warga, dan dari 88 juta warga itu mayoritas terdiri dari golongan anak muda yang berusia 21 sampai 30 tahun.
 
"Kami bisa mengukur kaum muda yang menjadi target kelompok-kelompok radikal dengan cara cuci otak agar ikut menjadi teroris. Itu jumlahnya sangat besar 80-90 persen sasaran kaum muda yang disasar agar bergabung dengan ajaran teroris," ucapnya. 
 
Abdul Rahman mengaku senang di satu sisi generasi muda mengikuti teknologi dunia maya, namun ia berharap jangan sampai mengikuti dan terlibat hasutan radikalisme para teroris tersebut. 
 
"Mereka teroris atau kelompok radikal jumlahnya sedikit tapi aktif menggunakan dunia maya untuk menghasut dan propaganda melalui media online atau dunia maya," ungkapnya.
 
Lebih jauh, Abdul Rahman memaparkan jika rekrutmen teroris dengan berbagai macam cara, seperti difasilitasi ke Suriah dengan iming-iming digaji tinggi, tapi kenyataannya tidak. Cara kedua, mereka mengajak orang berjihad dengan pengetahuan agama yang dangkal, misalnya dihasut kalau mau masuk surga harus jihad. Cara lainnya, dengan berkedok kegiatan khilafah atau kegiatan agama.
 
 
"Sebelumnya ada anak muda dari Kepri yang dideportasi dari pemerintah Singapura dan setelah diintrogasi ternyata ia bergabung dengan ISIS atau aliran garis keras melalui dunia maya. Ia tahu ISIS dari dunia maya. Contoh lain, pegawai BP Batam bersama anak istrinya bergabung dengan ISIS melalui dunia maya," paparnya.
 
Selama ini, sambungnya, Warga Indonesia yang hendak menjadi teroris biasanya tidak langsung ke tujuan di Siriah atau Irak, biasanya mereka ke negara sekitarnya atau jauh dari negara itu tapi ujung-ujungnya ke situ.
 
Untuk mencegah semakin kuatnya pengaruh teroris di dunia maya, Abdul Rahman menegaskan pihaknya melakukan kegiatan workshop dan Kampanye damai di dunia maya di 8 provinsi di Indonesia. Ia mengajak kaum muda yang tergolong masih rentan dipengaruhi ajaran radikalisme untuk lebih mawas diri serta ikut melakukan kampanye damai didunia maya.
 
"Ini sangat penting, mengingat kelompok radikal dan terorisme kini sudah menguasai dunia maya. Kita tidak boleh diam, mari menyemarakkan dunia maya dengan kedamaian, karena kalau mereka (teroris) tidak kita lawan maka mereka akan terus kampanye kekerasan di dunia maya. Mari kita sama-sama aktif mengkampanyekan hal-hal damai didunia maya," pintanya.
 
Ia memandang, salah satu pencegahan teroris saat ini dengan mengajak kaum muda pengguna dunia maya dengan mengisi dunia maya dengan konten-konten damai dan positif.
 
"Kita ikuti setiap hari perkembangan dunia maya. Kita juga punya pusat media damai untuk memonitor pengguna internet. Kita punya alat ukur yang teruji, baik propaganda maupun hal kebencian lainnya. Itulah dasar kami mengukur," pungkasnya. [bbn/dws]

Reporter: bbn/eng



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami