Beritabali.com - Badung. Sebagai salah satu daerah penyangga kebutuhan daging sapi nasional, Bali berupaya terus untuk dapat mempertahankan populasi maupun kemurnian sapi Bali. Salah satu bentuk kegiatan yang dijalankan adalah melalui pengembangan Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri), yang sampai saat ini sudah terdapat sekitar 632 unit tersebar diseluruh Bali dan hingga tahun 2018 ditargetkan di Bali akan terdapat 2000 unit Simantri.
Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi Bali, I Putu Sumantra ,saat menghadiri acara Panen Pedet dalam rangka menyongsong Pelaksanaan Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) Tahun 2017 di kabupaten Badung yang penyelenggaraannya di pusatkan di Sentra Pembibitan Ternak Sapi di Desa Sobangan, Mengwi, Badung, Rabu (23/11).
“Tidak hanya pengadaan 20 ekor sapi betina ditambah 1 ekor pejantan saja yang ditanggung, tetapi juga biaya pembuatan kandang koloni, tempat pengolahan pakan dan pupuk organik, tempat pengolahan pupuk cair atau bio urine, serta instalasi biogas turut ditanggung dengan total bantuan hibah mencapai 225 juta,” ujar Sumantra.
Lebih jauh Sumantra menjelaskan produksi daging sapi saat ini di Bali sudah melebihi kebutuhan yang diperlukan masyarakat Bali, sehingga sisanya dimanfaatkan untuk memasok kebutuhan daging sapi nasional.
“Produksi daging sapi di Provinsi Bali sebanyak 18. 209,46 ton per tahun, atau lebih kurang sebesar 3,59% dari produksi daging sapi nasional. Jumlah tersebut sudah melebihi kebutuhan masyarakat Bali yang rata-rata hanya sebanyak 6.075,25 ton per tahun, oleh karena itulah maka Provinsi Bali selalu mampu memasok kebutuhan sapi potong untuk penyediaan daging sapi bagi provinsi lain yang jumlahnya kira-kira 50 ribu ekor,” rinci Sumantra.
Tak hanya itu, Ia pun menjelaskan upaya-upaya lain yang sudah dilaksanakan Pemprov Bali dalam mendukung program ketahanan hewani diantaranya pelaksanaan program penanganan induk sapi yang mengalami gangguan reproduksi atau yang lebih dikenal dengan istilah GANGREP, yang bertujuan agar ternak sapi betina produktif sebagai calon Akseptor Inseminasi Buatan dapat ditingkatkan jumlahnya. Upaya peningkatan populasi ternak sapi juga dilakukan melalui program Gertak Birahi dan optimalisasi Inseminasi.
Sementara itu, Staf Ahli Menteri Bidang Inovasi dan Teknologi Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro menyatakan Bali yang maju di sektor pariwisata sepatutnya tidak hanya didukung pembangunan sektor pariwisata saja, tetapi juga harus didukung oleh ketahanan pangan agar bisa mencukupi kebutuhan wisatawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Lebih jauh Ia pun menjelaskan kualitas daging sapi Bali sangat bagus mendekati kualitas daging sapi Wagio yang dikembangkan negara Jepang, karena daging sapi Bali khususnya yang dikembangkan di daerah Nusa Penida memiliki serat halus dan kadar lemaknya paling rendah. Menurutnya, apabila dikembangkan secara organik maka peluang pasar akan lebih meningkat, karena permintaan daging organik dipasaran saat ini sangat tinggi.
Terkait pelaksanaan program UPSUS SIWAB, Ia menjelaskan program tersebut dijalankan dengan dana sebesar 1,1 triliun, dan sapi induk calon Akseptor Inseminasi Buatan diperkirakan mencapai 4,2 juta ekor, dengan target kelahiran dari indukan tersebut minimal tiga juta ekor.
Hal senada disampaikan Wakil Bupati Badung, I Ketut Suiasa yang menyatakan Badung walaupun lebih menonjol dengan pariwisatanya tetap tidak mengabaikan pertanian dan peternakan.
Pembangunan yang direncanakan selanjutnya yakni Badung menjadi sentra pengembangan bibit sapi Bali, dengan mengedepankan kualitas serta kuantitas yang memadai. Rencana tersebut menurutnya akan diwujudkan dalam bentuk bantuan bibit sapi Bali yang didistribusikan kepada kelompok-kelompok tani di wilayah Badung.[wrt]