Diskop dan UKM Tabanan Susun Road Map Strategi Pengembangan UKM
Senin, 13 Agustus 2018,
16:35 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, TABANAN.
Beritabali.com,Tabanan. Guna memperoleh masukan dan informasi terkait penyusunan road map strategi pengembangan usaha mikro kecil dan menengah berbasis potensi lokal di kawasan Nikosake, Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tabanan melaksanaan focus group discussion (FGD) di wantilan Desa Sanda, Kecamatan Pupuan, Senin (13/08).
[pilihan-redaksi]
Hadir dalam acara tersebut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana sekaligus membuka acara. Turut hadir Kepala Bapelitbang Ida Bagus Wiratmaja, Kepala Dinas Koperasi dan UKM A.A. Gede Dalem Tresna Ngurah, OPD di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Tabanan, Direktur PD. Dharma Santika I Putu Sugi Darmawan,dan para Perbekel di Kawasan Nikosake.
Hadir dalam acara tersebut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana sekaligus membuka acara. Turut hadir Kepala Bapelitbang Ida Bagus Wiratmaja, Kepala Dinas Koperasi dan UKM A.A. Gede Dalem Tresna Ngurah, OPD di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Tabanan, Direktur PD. Dharma Santika I Putu Sugi Darmawan,dan para Perbekel di Kawasan Nikosake.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Tabanan A.A. Gede Dalem Tresna Ngurah mengatakan Road map strategi pemberdayaan UKM berbasis potensi lokal di Kawasan Nikosake, yaitu Desa Belimbing dengan Niranya, Desa Munduk Temudan Desa Sanda dengan Kopinya, Desa Lumbung Kauh dengan kelapanya, dan Desa Wanagiri dengan salaknya.
“Adapun Road map strateginya meliputi 6 aspek yaitu memperkuat kelembagaan, menyiapkan sarana dan prasarana, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, mempermudah perijinan usaha, penguatan akses permodalan dan terakhir memperluas akses pemasaran,” jelas Gung Dalem.
Dirinya menambahkan pengembangan dan pemberdayaan di kawasan nikosake untuk di sektor sekunder. Dimana pada sektor itu adalah pada tahapan pengolahan produk hasil pertanian. Dan yang dibutuhkan adalah kelompok yang dibentuk UMKM atau kelompok pengolah hasil pertanian.
“Di sektor sekunder adalah sektor pengolah hasil pertanian. Untuk pengolahnya dibutuhkan kelompok yang dibentuk UMKM atau kelompok pengolah hasil,”ujarnya.
I Wayan Miarsana dalam sambutannya saat membuka acara mengatakan potensi bagian barat Kabupaten Tabanan adalah di sektor pertanian. Potensi pertanian harus dilestarikan dengan didukung kemajuan teknologi. Dikatakan kedepan harus bisa meningkatkan kapasitas dan kompetensi sumber daya pertanian.
“Kehidupan pertanian harus lestari, dinamis dan di dukung kemajuan teknologi. Sehingga kedepan bisa meningkatkan kapasitas dan kompetensi SDM pertanian kita,” ucap Miarsana.
Diketahui produksi pertanian di Tabanan cukup melimpah, sehingga diperlukan konsep pemasaran melalui konsep analisis kebutuhan pasar. “Kita harus memulai konsep analisis kebutuhan pasar, siapa yang produksi, siapa yang mengolah dan siapa yang memasarkan nantinya. Jadi konsep itu sudah terbangun. Mari kita bangun komitmen bersama,” ajaknya.
Kepada peserta FGD, Miarsana juga berpesan untuk menyampaikan dan mengkritisi rancangan yang sudah disiapkan. Selanjutnya membedah semuanya, hal-hal yang tidak cocok diselaraskan.
“Di FGD ini sampaikan hal-hal yang perlu disampaikan, kritisi rancangan yang sudah disiapkan oleh Dinas Koperasi dan UKM. Hal yang tidak cocok mari kita selaraskan, kemudian hal-hal yang perlu dimasukan, masukan ke program yang kita bangun ke depan,” pesannya.
[pilihan-redaksi2]
Sementara Kepala Bapelitbang Kabupaten Tabanan Ida Bagus Wiratmaja menambahkan untuk sektor primer adalah petani sebagai penghasil bahan baku, di sektor sekunder adalah pengolah hasil, dan sektor tersier adalah pemasaran atau menjual. “Di sektor sekunder inilah dibutuhkan kelompok pengolah hasil,” ucapnya.
Sementara Kepala Bapelitbang Kabupaten Tabanan Ida Bagus Wiratmaja menambahkan untuk sektor primer adalah petani sebagai penghasil bahan baku, di sektor sekunder adalah pengolah hasil, dan sektor tersier adalah pemasaran atau menjual. “Di sektor sekunder inilah dibutuhkan kelompok pengolah hasil,” ucapnya.
Wiratmaja melanjutkan bahwa untuk pabrik atau pengolahan tidak ada di BUMDes. Pengolahan adanya di masyarakat, sehingga nilai tambahnya ada di masyarakat. BUMDes adalah distributor. “BUMDes tidak boleh jual ke pasar bebas, harus dijual ke BUMDa. Dan BUMDa lah yang ditakdirkan harus jualan produk-produk ini. Dalam sistem ini harus ada perdagangan yang jujur , harus ada kesepakatan harga,” tegasnya.
Dalam FGD tersebut para peserta diberikan kesempatan untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang disesuaikan dengan 6 aspek strategi dari Road Map tersebut. (bbn/rlstbn/rob)
Berita Tabanan Terbaru
Reporter: -