search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Upacara Ngurit, Ritual Memohon Anugerah dan Perlindungan Kepada Dewa Surya
Senin, 1 Oktober 2018, 06:00 WITA Follow
image

Muliarta

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Upacara ngurit menjadi salah satu bagian ritual yang dilakukan oleh para petani atau karma subak di Bali. Ngurit secara simbolik memiliki makna permohonan anugerah dan perlindungan kepada Dewa Surya (Matahari) dan Ibu Pertiwi (tanah) karena petani akan mulai menanam benih. Mohon perlindungan agar benih-benih yang akan ditanam dapat tumbuh dengan baik di atas tanah sebagai ciptaan Tuhan.

[pilihan-redaksi]
Peneliti dari Universitas Airlangga Ni Wayan Sartini dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Makna simbolik bahasa ritual pertanian  masyarakat Bali” yang dipublikasikan dalam Jurnal Kajian Bali Volume 07, Nomor 02, tahun 2017 menuliskan bahwa Ngurit atau disebut juga mawinih adalah upacara untuk penyemaian benih.

Dalam proses ngurit ini petani melaksanakan ritual dengan sarana banten atau sesajen yang terdiri atas nasi kojongan, bunga pucuk bang, segehan putih kuning, yang diletakkan di hulu sawah (pengalapan).

Sesaji atau banten tersebut merupakan bagian terkecil dari ritual yang menyimpan sesuatu makna dari tingkah laku atau kegiatan dalam ritual yang bersifat khas dan mengandung makna simbolik bagi petani. Sesajen tersebut dihaturkan kepada Hyang Ibu Pertiwi yang disertai dengan doa harapan sebagai berikut ;

[pilihan-redaksi2]
“Ratu betara Surya, Ratu betara Hyang Pertiwi,tiang nyebar bibit, mangda ten kaon, labda karya bibit. Ong Hyang Ibu Pertiwi, ngulun aminta nugraha, taneman ingulun hempunen sida mahurip waras, Ong Sri, Sri, yanamah swaha”

Sartini dalam ulasannya menyebutkan bahwa masyarakat petani Bali adalah masyarakat yang religius yang percaya kepada Tuhan Yang Mahakuasa sehingga apa pun yang dilakukan selalu ingat dan mohon anugrah-Nya.

Hal ini termasuk dalam salah satu konsep Tri Hita Karana yaitu tiga hubungan manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan. [bbn/Jurnal Kajian Bali/mul]

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami