Akun
guest@beritabali.com

Beritabali ID:


Langganan
logo
Beritabali Premium Aktif

Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium




Tumpek Uduh Sebagai Upaya Menabung dan Memelihara Oksigen Untuk Masa Depan

Jumat, 30 November 2018, 10:42 WITA Follow
Beritabali.com

Muliarta

IKUTI BERITABALI.COM DI GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Pelaksanaan Tumpek Uduh atau Wariga yang dilaksanakan umat Hindu di Bali merupakan upaya menabung dan memelihara oksigen untuk masa depan.  Mengingat Tumpek yang dirayakan umat Hindu setiap 210 hari sekali atau 25 hari sebelum Hari Raya Galungan yang diimplementasikan dengan mengupacarai tumbuhan merupakan upaya melestarikan tumbuhan sebagai penghasil oksigen. Peringatan tumpek yang juga sering disebut sebagai hari bumi ala Bali ini menjadi langkah nyata dalam upaya mitigasi perubahan iklim di era milenial.

“Milenial tidak keren apabila tidak menabung oksigen. Milenial tidak keren jika tidak mitigasi climate change. Milenial tidak keren, bila tidak menjaga keragaman hayati yang begitu penting untuk hidupnya dan alat ritualnya kepada Tuhan” kata Direktur Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali Catur Yudha Hariani saat dikonfirmasi di Denpasar pada Jumat (30/11).

 

Menurut Catur, sudah saatnya pelaksanaan ritual Tumpek Uduh disertai dengan gerakan penanaman pohon. Upaya ini menjadi penting agar pelaksanaan ritual tidak sebatas hanya untuk bersyukur tetapi menjaga dan melestarikan bendanya. “Ayo berbuat atau berkontribusi, meskipun itu kecil. Mulai menanam di rumah sendiri. Tidak ada alasan tidak punya lahan, bisa menggunakan barang bekas sebagai media” papar Catur yang juga aktif dalam Tim Program Sekolah Adiwiyata Provinsi Bali.

Perempuan yang juga aktif melakukan sosialisasi pengomposan sampah rumah tangga ini menambahkan saatnya generasi milenial mengambil peran, bukan hanya  aktif di media sosial. Generasi milenial harus mulai bertindak dari hal-hal kecil. Milenial harus bangga pada biodiversitas lokal dan harus banyak menemukan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. “jangan sampai nanti di masa depan, orang Bali alat upacaranya menggunakan Bungan, buah, daun dan pohon dari plastik” ungkap Catur.

Dalam sebuah artikel ilmiah berjudul “Tumpek Uduh, Kearifan Lokal Bali Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Karakter” yang dipublikasikan dalam Jurnal Penjaminan Mutu, Volume 3 Nomor tahun 2017 disebutkan bahwa Tumpek Pengatag merupakan momentum untuk memahami dan bersyukur atas segala jasa Ibu Pertiwi kepada umat manusia. Pada tumpek pengatag, momentum kasih dan sayang kepada alam itu diarahkan kepada tumbuh-tumbuhan. Betapa besarnya peranan tumbuh-tumbuhan dalam memberi hidup umat manusia. Hampir seluruh kebutuhan hidup umat manusia bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Mulai dari pangan, sandang hingga papan.

Pada artikel yang ditulis oleh I Nyoman Payuyasa juga disebutkan bahwa tujuan umat Hindu menghaturkan upacara pada hari ini adalah untuk menghaturkan rasa terima kasih kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasi sebagai Bhatara Sangkara, bahwa beliau telah menciptakan tumbuh-tumbuhan serta memohon agar tumbuh-tumbuhan itu dapat berkembang biak dengan baik dan berguna bagi manusia. Sekaligus juga memohon agar tumbuh-tumbuhan berbuah baik dan banyak sehingga ketika menjelang Galungan agar dapat dipergunakan sebagai sarana upacara persembahan di hari raya Galungan.

Beritabali.com

Berlangganan BeritaBali
untuk membaca cerita lengkapnya

Lanjutkan

Reporter: bbn/mul



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami