search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Istri Malu Mendesah Karena Terkesan Liar dan Nakal
Minggu, 24 Maret 2019, 12:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Beritabali.com, Denpasar. Tanya: “Dok, saya penggemar tulisan Anda dan sekarang saya baru saja menikah. Pertanyaan saya, saat berhubungan seksual suami menginginkan saya mendesah-desah saat berhubungan seksual, itu membuatnya tambah bergairah, sedangkan bagi saya malu rasanya buat mengeluarkan desahan, kok terkesan liar dan nakal. Bagaimana sebaiknya, Dok?” (Cokdi, 24)
 
[pilihan-redaksi]
Jawab: Hubungan seks adalah satu dari beberapa aktifitas kehidupan di mana kita bisa berekspresi, memunculkan relaksasi dan merasakan tubuh menyatu dengan pasangan dalam kesenangan. Mengeluarkan suara atau desahan selama hubungan seksual sesungguhnya memberikan kesempatan megeksplorasikan ekspresi sejujur-jujurnya dan menunjukkan rasa saling percaya. 
 
Kenapa, karena justru di sini bisa saling melepaskan rasa malu dan rasa bersalah, yang membelenggu Anda buat berekspresi selama ini. Dalam hubungan seks, semuanya seolah mendapatkan tempat untuk disalurkan, bahkan dengan sedikit lebih liar, bersama yang akhirnya membawa manfaat untuk mendatangkan rasa rileks. Karenanya tidak ada salahnya buat mendesah, merintih, mengerang, dan bahkan berteriak sekalipun untuk meluapkan kenikmatan selama berhubungan seks. 
 
Asalkan aman, maksudnya bukan di tempat yang mudah didengarkan orang lain. Saat mengeluarkan desahan seksual terjadi proses fisiologis membuka mulut dan tenggorokan. Jika bahu, leher, dan tenggorokan seperti diam atau kaku dan terhalang (sering kali saat berada di bawah pada posisi hubungan seks) akan terasa kurangnya sensasi seksual. 
 
Nah, mengeluarkan suara menjadi cara yang pas untuk merilekskan leher dan memungkinkan bisa lebih menikmati hubungan seks. Ini sangat alamiah dan tidak bisa dipaksakan. 
Semua stimulus seksual bisa ditangkap dan diterima oleh indra manusia dan diolah di otak buat memunculkan persepsi seksual yang akhirnya memunculkan dorongan seksual. Makin banyak dan menarik stimulus seksual yang diterima maka akan menentukan dorongan seksual yang muncul.  
 
Jika melihat seorang perempuan berwajah cantik dan sensual dengan desahan yang memikat, tentu saja akan berbeda dengan yang desahannya terdengar bersuara berat dan garang. Demikian juga sebaliknya bila mendengar di telpon desahannya mengundang fantasi seksual tetapi ternyata berasal dari sumber suara perempuan berwajah tidak menarik, tentu saja akan mengurangi dorongan seksual yang muncul. 
 
Tetapi sesungguhnya itu semua sangat  individual. Ada yang terangsang jika mendengar suara berat, ada yang terangsang mendengar desahan yang genit dengan suara renyah, ada juga yang tidak terangsang dari mendengar desahan, tetapi lebih senang dengan melihat dan meraba saja. 
 
Seorang perempuan yang tampak polos dan lugu, bisa sangat liar dan mengeluarkan rintihan dan desahan yang gegap gempita di ranjang. Demikian juga laki-laki. Sekali lagi, ini adalah bentuk ekspresi. Siapa saja bisa melakukannya secara sadar ataupun tidak. Dalam kasus ini, ada beberapa alasan kenapa seseorang memilih tidak mengeluarkan suara saat berhubungan seksual, seperti tidak ingin terdengar tetangga, khawatir akan terdengar lucu, atau tidak ingin terdengar seperti “nakal” layaknya bintang porno. Sebenarnya ini bisa dikomunikasikan bersama pasangan. Cobalah untuk mendesah dan perhatikan suara yang Anda buat selama berhubungan seks, apakah dirasakan suara tersebut membangkitkan gairah seks atau justru “malu-maluin”?
 
Di sisi lain, justru seringkali akhirnya banyak perempuan mencoba melakukan desahan palsu yang dibuat-buat hanya untuk menyenangkan pasangannya. Desahan palsu bisa saja dibuat di awal-awal, tetapi saat berhubungan seks, suara yang muncul bisa mengalami perubahan. 
 
[pilihan-redaksi2]
Awalnya mungkin dimulai dengan desahan yang disadari, kemudian makin larut seseorang dalam aktivitas seksualnya, hilanglah batasan kewaspadaannya sehingga dapat memunculkan suara-suara yang bermacam-macam, atau malah diam sama sekali. Cobalah tetap jujur. Ketidak jujuran dalam komunikasi seksual, hingga saat berhubungan seksual sering kali tidak berguna bahkan berbuntut masalah. 
 
Bagi yang masih belum berani berekspresi, pastikan dan dikomunikasikan bersama halangan-halangan yang ditakutinya. Dan bahas bahwa untuk berekspresi, sesungguhnya desahan seksual itu cukup bermanfaat. Desahan seks bisa meningkatkan gairah seksual bersama sekaligus meningkatkan kenikmatan seksual. 
 
Dalam dunia medis ini dikenal dengan amplifikasi hedonik, lantaran dampaknya terhadap pernafasan. Ketika orang sudah sangat bergairah dan mendekati orgasme, peningkatan suara-suara seks dapat terkait dengan hiperventilasi, yang bisa menimbulkan euforia lebih tinggi lagi. Kenikmatan seksual pun menjadi maksimal. (bbn/dr.Oka Negara, FIAS/rob)

Reporter: bbn/oka



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami