search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Temuan Situs Pesaban Berumur Batu 30 Ribu Tahun, Bermakna Tolak Bala dan Kesuburan
Rabu, 31 Juli 2019, 10:53 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Beritabali.com, Karangasem. Keberadaan situs lukisan wayang di atas batu di kawasan Manukaya Dagdag, Desa Pesaban, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem akhirnya terungkap.
 
[pilihan-redaksi]
Medan yang sulit serta minimnya kesadaran akan pentingnya sejarah membuat salah satu bagian keberadaan situs wayang dalam gambar bentuk manusia ini menjadi lama tak terlestarikan. Ketua Kelompok Desa Wisata (Pokwardis), I Putu Puspa Artayasa yang mempunyai inisiasi agar benda bersejarah itu mulai terkuak misterinya. 
 
Berkat doa dan restu masyarakat Pesaban serta dukungan dari Kepala Desa, Dewa Sarjana Dan Bendesa Adar, I Made Sudiarta akhirnya benda bersejarah itu bisa terkuak. Menurut Putu Yuda Haribuana dari Badan Arkeologi Bali yang turun langsung ke lokasi memaparkan kajian singkatnya
 
 
"Kajian singkat ini dibuat sebagai tindak lanjut dari peninjauan lapangan ke lokasi temuan relief, sebagaimana surat undangan dari Pokdarwis Saban Bercahaya 
 Desa Pesaban, Nomor: 5/PKD-PSB/VI/2019, yang ditujukan kepada Kepala Balai Arkeologi Bali," kata Putu demikian pria ini disapa akrab. 
 
Berdasarkan undangan tersebut Kepala Balai Arkeologi  menugaskan pihaknya untuk melakukan peninjauan ke lokasi dimaksud dengan surat tugas Nomor: 0649/H5.9/KP/2019. Kegiatan peninjauan dilakukan bersama dengan perwakilan dari Balai Arkeologi Bali, BPCB Bali, Dinas Kebudayaan Kabupaten  Karangasem, Camat Rendang dan Perbekel Pesaban, serta Kepala Dusun Pesaban  Kawan dilakukan pada hari Senin (8/7/2019) 
 
Hasil dan pembahasan lokasi relief secara administratif terletak di Dusun Pesaban Kawan atau Subak Mukaya, Desa Pesaban, Kecamatan Rendang-Karangasem. Secara astronomis terletak pada -8.47293ºLS dan 115.39490ºBT di ketinggian 369.2 mdpl. Lokasi dapat dicapai dari Kantor Desa Pesaban menuju ke utara kemudian lewat gang ke arah barat atau kiri, dengan menggunakan sepeda motor mengikuti jalan beton sejauh ± 1 km. 
 
"Relief ini dibuat pada sebuah media batu padas pada tebing bagian timur Tukad atau Sungai Jinah, ukuran total media batu padas dimana terdapat relief ini 
adalah 3 x 2.4 m, dengan kedalaman pahatan 5 cm. Relief berupa gambar  perwujudan laki-laki dan perempuan dengan ciri menampakkan alat genital," ujarnya. 
 
 
Lebih jauh ditekankan, Gaya relief sederhana dengan hiasan pada pinggiran yang berbentuk bingkai bermotif bentuk mata, daun, suluran, kotak dan lingkaran atau spiral. Media batu pada relief ini berupa batuan tufa dengan sedikit fragmen breksi.
 
Jika dikorelasikan dengan kisaran umur pada peta geologi yang dikompilasi oleh Purbo-Hadiwidjojo et al (1998), batuan ini termasuk dalam kelompok Batuan Gunung api Buyan Bratan dan Batur dengan kisaran umur 30.000 tahun. 
 
Kelompok batuan vulkanik  ini sebagian besar tersusun atas tufa dan lahar. Kondisi relief secara keseluruhan masih terjaga dengan baik, namun terdapat beberapa bagian yang telah aus atau lapuk dan ditumbuhi sejenis tumbuhan jamur. Letak relief yang berada pada tebing sungai yang sangat curam dengan kemiringan hampir 90º, namun masih terdapat sejenis pelataran sempit dari sedimen atau endapan tanah, bekas jatuhan bongkah batuan dari atas, sehingga masih dapat dilalui walaupun harus dengan sangat berhati-hati.
 
Dalam arkeologi, penggambaran sesuatu dengan media batu, dari teknik Pembuatannya terbagi menjadi tiga, rock painting (lukisan), rock engraving (goresan) dan rock carving (pahatan). Gambar di situs Mukaya Dagdag termasuk dalam rock carving. Berdasarkan dari bentuknya, pahatan berupa dua figurin ini  termasuk bertipe sederhana dan teknik pengerjaanya masih kasar. Penggambaran kaku dan statis.
 
Ukiran tidak dipahatkan secara keseluruhan, hanya bagian  kepala, dengan mata, hidung, dan mulut, serta hiasan kepala. Bagian kaki tidak Nampak jelas, dan penggambaran kemaluan yang menonjol (gambar 2). Dari keseluruhan penggambaran tersebut, seni cadas di atas dapat dikaitkan dengan konsep budaya megalitik. Istilah megalith berasal dari mega berarti besar dan lithos berarti batu. 
 
Budaya megalitik berkembang sejak masa neolitik hingga masa perundagian, bahkan sampai saat ini masih ada yang bertahan, dan disebut Sebagai tradisi megalitik. Konsep yang melatarbelakangi budaya megalitik adalah  kepercayaan pada roh leluhur. Kebudayaan megalitik hadir sebagai manifestasi 
dalam menjalin hubungan antara yang hidup dan yang telah meninggal. 
 
 
Apabila dikaitkan dengan konsep megalitik, penggambaran dua figurin berupa laki-laki dan perempuan tersebut kemungkinan melambangkan leluhur dan 
genitalia yang menonjol melambangkan kesuburan maupun tolak bala. Hal ini terkait dengan kepercayaan bahwa roh orang yang telah meninggal hidup di alam 
lain, dan dianggap mempunyai pengaruh kuat terhadap kehidupan manusia yang masih hidup, sehingga media tersebut dipergunakan sebagai penghubung. 
 
[pilihan-redaksi2]
Dalam kehidupan prasejarah di Bali, kebudayaan megalitik berkembang sangat pesat, dengan tinggalannya yang paling banyak ditemukan berupa sarkofagus atau petikubur batu. Hiasan yang terdapat di dalam sarkofagus berupa kedok muka, dan juga genitalia yang menonjol. Menurut beberapa peneliti, hal  tersebut terkait dengan konsep kelahiran kembali dan juga kesuburan serta tolak bala.
 
Temuan berupa seni cadas dengan bentuk yang sederhana seperti di atas, belum ditemukan di daerah lain di bali, sehingga sangat menarik untuk dikaji lebih 
jauh agar dapat diintepretasikan lebih dalam terkait dengan fungsi dan makna yang terkandung di dalamnya. Lebih jauh untuk mengungkap keterkaitannya 
dengan situs megalitik lain di Bali maupun di Indonesia. 
 
Temuan seni cadas di Indonesia ditemukan di beberapa seperti di Sulawesi dari masa yang lebih tua (masa paleolitik), situs gua harimau di Sumatra, di papua, 
dan di wilayah NTT. Seni cadas berupa pahat baru-baru ini ditemukan di Lembata dan di Alor. Simpulan sementara mengenai seni cadas di NTT terkait dengan 
budaya Austronesia yang menyebar di wilayah ini.  (bbn/rls/rob)

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami