search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Dewa Hendrawan Olah Sampah Plastik Jadi Minyak Tanah, Bensin Hingga Solar
Minggu, 25 Agustus 2019, 08:00 WITA Follow
image

beritabali.com/ist

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, KARANGASEM.

Beritabali.com, Karangasem. Ada hal yang menarik dalam kegiatan Rotari club plus Tedun Banjar Pemda Karangasem yang berlangsung pada Sabtu (24/08/2019) di lapangan Umum Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem.
 
[pilihan-redaksi]
Adalah pameran sebuah inovasi teknologi mengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak. Teknologi ini diperkenalkan oleh Dewa Hendrawan dengan nama Pirolisis.
 
Dipaparkan oleh Dewa Hendrawan, cara kerja Pirolisis ini mirip dengan penyulingan arak hanya saja yang menjadi pembedanya adalah arak penyulingan zat cair sementara Polisinir menyuling zat yang bersifat kering.
 
Dalam prosesnya, pertama-tama, sampah plastik dipilah dan dibersihkan dahulu, setelah bersih, sampah plastik kemudian dikeringkan. Setelah kering, sampah kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaktor lalu ditutup dan dirapatkan agar tidak terkontaminasi oksigen. 
 
Plastik-platik yang sudah dimasukkan ke dalam tabung tersebut kemudian melalui proses dipanaskan, dalam proses ini sampah yang diolah tidak akan mengeluarkan asap karena diolah dengan cara dipanaskan bukan dibakar hingga sampah benar benar meleleh karena dipanaskan.
 
"Mesin ini bukan saya yang temukan, tetapi saya coba lakukan pengembangan lagi, seperti sistem pembakaran yang kita rubah sehingga tidak keluar asap melalui proses pemanas ini," kata Dewa.
 
Setelah melalui pemanasan, uap dari hasil pemanasan akan masuk ke dalam tabung yang berukuran lebih kiecil dan menjadi minyak mentah (crod oil). Di tabung yang kedua ini, minyak mentah tersebut kembali dipanaskan dan dialirkan melewati pendingin dengan filter karbon aktif.
 
Dalam proses tersebut, apabila kita ingin mendapatkan BBM jenis bensin maka suhu ketika memanaskan harus di bawah 200 derajat, sedangkan untuk memperoleh Minyak Tanah maka suhu harus dinaikkan menjadi 250 sampai 300 derajat. Sementara untuk mendapatkan Solar panas harus dinaikkan hingga mencapai 350-400 derajat.
 
"Kita tinggal sesuaikan panasnya untuk menghasilkan, bensin, minyak tanah atau solar, hanya saja untuk bensin yang dihasilkan belum bisa langsung dipakai untuk kendaraan karena kadar metannya masih 86 sedangkan untuk bbm biasa kadarnya 88. Sehingga masih perlu diproses lagi," tutur Pria Asli Nusa Penida itu.
 
[pilihan-redaksi2]
Sementara itu, untuk mesin yang diperagakan tersebut, memiliki kapasitas sebanyak lima kilogram sampah plastik. Dari berat tersebut bisa menghasilkan sebanyak 5 liter minyak mentah.
 
"Perbandingannya satu kilo sampah menghasilkan satu liter minyak mentah, ketika diolah 50 persennya bisa menghasilkan solar, 30 persen untuk minyak tanah dan 20 persen untuk jadi Bensin," tandasnya.
 
Menurutnya, jika teknologi ini bisa dikembangkan dan mampu mengolah dengan skala besar, maka bisa juga dipakai untuk mengolah karet ban dan yang lainnya karena suatu saat karet-karet ban ini tentunya bakal menjadi masalah yang juga harus ditangani.
 
Selain itu, ampas yang dihasilkan dari pengolahan sampah ini berupa residu arang hitam yang juga bisa diolah menjadi briket yang digunakan sebagai bahan bakar pengganti batu bara. (bbn/igs/rob)

Reporter: -



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami