search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Lubang Hitam Supermasif Tertua Ditemukan
Rabu, 20 Januari 2021, 11:35 WITA Follow
image

bbn/AFP

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Para astronom menemukan quasar yang berada lebih dari 13,03 miliar tahun cahaya dan memiliki lubang hitam supermasif 1,6 miliar kali lebih besar, dari bintang di pusatnya.

Dijuluki J0313-1806, objek ini berasal dari waktu alam semesta baru berusia 670 juta tahun. Dengan jarak yang sedemikian jauh, J0313-1806 menjadi pemegang rekor lubang hitam paling tua, menggeser juara sebelumnya, J1342+0928, yang ditemukan pada 2017 dan baru berusia 690 juta tahun.

Penemuan yang diumumkan pada Pertemuan ke-237 American Astronomical Society itu membantu menjelaskan lingkungan di alam semesta kuno. Quasar merupakan objek yang paling terang di alam semesta.

Objek itu terletak di pusat galaksi, tetapi di pusatnya sendiri terdapat lubang hitam supermasif yang jutaan hingga milyaran kali lebih besar dari Matahari.

Gravitasi intens yang mengelilingi lubang hitam menangkap gas, debu, dan berpotensi menghancurkan bintang-bintang, meninggalkan jejak puing-puing di cakram yang mengelilinginya.

Puing-puing tersebut berputar dengan kecepatan luar biasa dan mengeluarkan energi dalam jumlah ekstrem, yang dapat dilihat oleh pengamat di Bumi melalui spektrum elektromagnetik sebagai cahaya yang terang. J0313-1806 sendiri bersinar 1.000 kali lebih terang dari seluruh Bimasakti.

Para astronom dapat menemukan quasar menggunakan beberapa observatorium berbasis darat, termasuk Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) di Chili, teleskop radio terbesar di dunia, dan dua observatorium di Mauna Kea, Hawaii.

Pengamatan tersebut memungkinkan para peneliti untuk mengkonfirmasi jarak dengan presisi tinggi dan memeriksa beberapa sifat lubang hitam supermasif di pusat quasar.

Para ahli menghitung bahwa massa lubang hitam sekitar 1,6 miliar kali lipat dari Matahari. Tapi, tim astronom menemukan masalah karena lubang hitam tidak boleh lebih tua dari 670 juta tahun.

Teori tradisional pertumbuhan lubang hitam tidak dapat menjelaskan ukurannya dalam periode waktu yang singkat.
Pemahaman manusia saat ini tentang pembentukan lubang hitam, melibatkan bintang-bintang yang runtuh dengan sendirinya, tetapi para astronom mengatakan itu tidak akan dapat menjelaskan mengapa lubang hitam J0313-1806 begitu besar.

"Agar lubang hitam tumbuh menjadi ukuran yang sama dengan J0313-1806, itu harus dimulai dengan benih lubang hitam yang memiliki setidaknya 10.000 massa Matahari," kata Xiaohui Fan, astronom di Universitas Arizona, seperti dikutip dari CNET, Rabu (20/1/2021).

Skenario pada temuan yang telah publikasi di Astrophysical Journal Letters itu menyatakan bahwa lubang hitam tidak dibuat melalui bintang yang runtuh, tetapi sejumlah besar gas hidrogen dingin di awan.

Tak hanya itu, tim ilmuwan juga berspekulasi bahwa lubang hitam supermasif melahap setara dengan 25 Matahari setiap tahun. Dengan kata lain, lubang hitam itu masih terus berkembang.

Untuk menyelidiki lebih lanjut, para astronom akan menggunakan bantuan James Webb Space Telescope (JWST), yang akan diluncurkan pada 31 Oktober mendatang.

Sumber: Suara.com

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami