search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Remaja 19 Tahun Merancang Pertukaran Organ Demi Nyawa Ibu
Minggu, 16 Januari 2022, 09:20 WITA Follow
image

beritabali.com/ist/suara.com/Remaja 19 Tahun Merancang Pertukaran Organ Demi Nyawa Ibu

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Aliana Deveza baru berusia 19 tahun ketika merancang skema pertukaran organ yang pada akhirnya menyelamatkan sang ibu dan nyawa seseorang yang memerlukan liver untuk bisa menyambung hidup.

Apa yang ia lakukan digambarkan sebagai "sejarah kedokteran".

Ia berhasil membujuk rumah sakit untuk melakukan pertukaran organ pertama di Amerika Serikat, yang melibatkan orang-orang yang tak punya hubungan keluarga mendonorkan organ yang tidak sama.

"Pertanyaan pertama yang saya ajukan ketika bangun adalah bagaimana kondisi ibu saya? Apakah ia selamat?" ungkap Aliana.

Ia mengatakan tak terlalu khawatir dengan keadaan dirinya. Ia merasakan sakit, tetapi tak terlalu ia hiraukan.

"Saya sangat lega begitu mendengar pasien-pasien [yang ikut pertukaran organ] selamat [dan baik-baik saja]," imbuhnya.

Ketika ia mengatakan soal dirinya dan pasien-pasien lain, ia tak hanya menyinggung dirinya dan sang ibu. Dalam operasi ini terdapat dua pasien lain, dua perempuan bersaudara.

Dalam pertukaran organ ini: liver Aliana diperuntukkan untuk salah satu perempuan bersaudara tersebut dan satu ginjal perempuan bersaudara ini didonorkan ke ibu Aliana.

Dua nyawa terselamatkan berkat kesediaan dua orang mendonorkan organ ke orang yang asing -- orang yang tak punya hubungan darah -- guna menyelamatkan nyawa anggota keluarga.

Operasi pertukaran organ adalah hasil kerja keras selama dua tahun.

Melalui pertukaran ini, Aliana menyelamatkan sang ibu, Erosalyn, yang selama bertahun-tahun harus menjalani prosedur dialisis atau cuci darah untuk bertahan hidup. Yang juga terselamatkan adalah seorang perempuan lain yang sangat memerlukan liver.

Kita bisa mendonorkan ginjal karena hampir semua dari kita punya dua ginjal, namun kita hanya perlu satu agar badan kita berfungsi.

Meski demikian, orang yang perlu ginjal tak selalu bisa mendapatkannya dari seseorang, meski orang ini bersedia untuk menyumbangkan ginjalnya.

Pada 2019, ada sekitar 150.000 operasi transplantasi organ di seluruh dunia, proporsi yang sangat kecil dari jumlah total orang yang perlu organ baru.

Alvin Roth memenangkan Hadiah Nobel ekonomi pada 2012 atas jerih payahnya merancang sistem yang membantu orang-orang mendonorkan dan menerima ginjal.

Roth menjelaskan sangat dimungkinkan untuk mendonorkan ginjal ke seseorang.

"Tetapi kadang ia tak bisa menerima ginjal kita, meski kita tergolong orang sehat. Atau sebaliknya, ada orang yang bisa menerima donor kita, tapi kondisi kita tak memungkinkannya," kata Roth.

"Namun, terbuka kemungkinan ginjal saya cocok untuk pasien Anda dan ginjal Anda cocok untuk pasien saya. Inilah salah satu model pertukaran ginjal yang paling sederhana: ada pasangan donor dan masing-masing mendapatkan satu ginjal yang cocok," katanya.

Kerja Roth dan koleganya menghasilkan sistem yang meninkatkan skala jumlah pertukaran ginjal, sehingga ribuan nyawa bisa diselamatkan.

Di luar Amerika Serikat, skema pertukaran organ seperti ini belum memiliki payung hukum.

Di Jerman, misalnya, organ hanya bisa disumbangkan oleh seseorang yang mempunyai hubungan keluarga yang dekat. Salah satu kekhawatirannya adalah sistem terbuka akan mendorong seseorang yang butuh uang menjual organ tubuh.

Donor organ bukan soal pasangan orang yang bersedia memberikan dan menerima organ. Dalam beberapa kasus, rantai orang dikumpulkan untuk memaksimalkan jumlah ginjal yang cocok.

Dalam satu kasus, 70 orang yang berbeda dikumpulkan sehingga ada 35 yang donor memberikan ginjal mereka ke 35 orang lain -- yang tak mereka kenal -- sehingga nyawa penerima bisa diselamatkan.

Aliana tak bisa menyerahkan ginjalnya ke sang ibu karena dokter khawatir masalah ginjal yang dialami ibunya mungkin adalah masalah keturunan. Jadi, mungkin saja Aliana punya masalah medis yang sama.

Di tengah himpitan waktu, Aliana melakukan riset dan hasilnya: dimungkinkan untuk bertukar liver dengan ginjal.

Aliana sama sekali tidak tahu bahwa apa yang ia rancang ini masih sebatas teori dan tentu saja kalau nantinya dilakukan, bukanlah operasi biasa.

Tetapi, ia terus berikhtiar dan menelepon sejumlah rumah sakit untuk mengetahui apakah ia bisa mendonorkan livernya dan sebagai ganti, ada seseorang yang bersedia mendonorkan ginjal untuk ibunya.

Aliana mengungkapkan beberapa rumah sakit tidak begitu paham dengan "skema pertukaran organ" yang ada di kepalanya.

"Ada sejumlah kecil rumah sakit yang mengoper saya ke bagian kamar mayat karena mereka tidak paham dengan apa yang saya maksud," kata Aliana.

Akhirnya ia menemukan orang yang ia cari: John Roberts, dokter bedah di Universitas California di San Francisco.

Menurutnya, Roberts mendengarkan apa yang ia inginkan.

"[Padahal] saya ini kan baru berusia 19 tahun. Saya tak tahu apakah ide saya termasuk gila. Keluarga saya menentang karena tak ingin apa yang saya lakukan ini justru mengancam nyawa," kata Aliana.

Berkat bantuan rumah sakit, ia menemukan dua perempuan bersaudara yang bersedia mengikuti skema pertukaran organ yang ia gagas.

Satu dari perempuan bersaudara ini menerima liver dari Aliana. Saudara satunya menyerahkan ginjal untuk ibu Aliana. Ia mengatakan senang dan tak menyesal dengan pertukaran organ ini.

"Mungkin orang khawatir karena risiko yang menyertai. Ini adalah operasi besar. Jelas ada banyak risiko. Yang membuat tenang adalah ada tim yang bersedia membantu melakukan proses ini," katanya.(sumber: suara.com)
 

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami