search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Wabah PMK di Bali, Ada Indikasi Menular ke Babi
Kamis, 7 Juli 2022, 19:33 WITA Follow
image

bbn/ilustrasi/Wabah PMK di Bali, Ada Indikasi Menular ke Babi.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, TABANAN.

Dampak temuan penyakit mulut dan kuku (PMK) sapi yang melarang pengiriman hewan ternak ke luar daerah oleh Pemerintah Provinsi Bali berimbas pada peternak babi yang mengaku merugi karena penjualan daging babi merosot.

Bahkan menurut Peternak Hewan Monogastrik Indonesia (PHMI) Tabanan Bali ada indikasi menularnya wabah PMK ke Babi. Meskipun hal ini belum dikonfirmasi resmi oleh dinas terkait.

Ternak babi di Bali juga tidak bisa keluar Bali yang memaksa para peternak bermain di pasar lokal dan terjadi overpopulasi berdampak pada penurunan harga daging babi di Bali. Penurunan harga ini membuat peternak kelimpungan.

Hal ini disampaikan Koordinator Perkumpulan Peternak Hewan Monogastrik Indonesia (PHMI) Tabanan Bali, I Made Sukariyono alias Pak Deyon pada Kamis (7/7/2022).

"Secara otomatis serapan babi di Bali hanya bisa dilakukan oleh pemotor lokal. Terjadi penumpukan populasi berimbas pada penurunan harga yang akan terus turun karena penyerapan pasar lokal terbatas, sementara harga tertinggi di lapangan Rp39-40 ribu per kilogram dari normalnya Rp 45 ribu," kata Pak Deyon.

Kendati begitu, sejatinya ia mendukung upaya pemerintah dalam mencegah meluasnya PMK pada ternak.

"Kami mendorong pemerintah untuk serius melakukan penjagaan lalu lintas di setiap pengiriman," ucap dia.

Pak Deyon sebagai peternak mengaku merugi karena operasional dan biaya pakan terus berjalan sementara harga jual menurun. Karena pasar Bali 90 persen dikirim ke Jakarta dan kini hanya berhenti di pasar lokal.

"Dampaknya sudah dirasakan, harga Pokok Penjualan (HPP) peternak dan harga babi yang cenderung turun membuat peternak merugi. Misalkan 200 ekor babi, dikirim ke Jakarta 150 ekor untuk lokal 50 ekor," bebernya

Pak Deyon mempertanyakan lockdown PMK Sapi juga turut diterapkan pada ternak babi. Namun apakah juga muncul PMK pada babi?

Baru-baru ini berdasarkan informasi yang dihimpun, terdapat babi di beberapa kabupaten di Bali yang terserang PMK dengan gejala kuku lepas dan melepuh, namun terkait positif PMK perlu keterangan resmi dari dinas terkait.

"PMK pada babi kami belum mendapat kejelasan dan maju ke dinas terkait mempertanyakan hal itu, tapi barusan kabarnya sudah ditemukan PMK pada babi," ujar Pak Deyon.

Pak Deyon sebagai peternak sudah jauh-jauh waktu melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan biosecurity ketat, melakukan penyemprotan disinfektan saat keluar masuk lalu lintas kandang.

Sementara itu, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tabanan, I Ketut Loka Antara mengaku bakal berkoordinasi dengan tingkat provinsi mengupayakan solusi bagi para peternak babi yang terimbas PMK.

Ia pribadi berpendapat bahwa Bali terlambat melakukan upaya preventif mencegah meluasnya PMK pada ternak sapi, sehingga pemerintah memberlakukan lockdown pengiriman yang ternak dan berdampak pada ekonomi peternak babi.

"Sekarang sudah masuknya PMK di Bali satu-satunya jalan bagaimana melakukan gerakan untuk melakukan pengobatan sehingga sudah lewat preventif," ucap dia.

"Pertama-tama bisa dideteksi secara regional kasus PMK dan lockdown regional, misal ditemukan di Gianyar, lockdown Gianyar, di Tabanan tidak ditemukan tidak perlu lockdown, tapi pengawasan ketat dilakukan, biosecurity ketat, seperti itu," ujarnya.

Pihaknya juga menekankan untuk menjaga kehidupan peternak kecil, agar mematuhi peraturan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali 524.3/10237/Disnakeswan dan UU No 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat.

"Pemerintah melakukan pengawasan ketat, turunkan tim yustisi bisa menjadi salah satu solusi jangan sampai over produksi untuk pasar lokal di Bali supaya tidak terjadi gejolak di masyarakat," tutup Loka Antara. (sumber:Suara.com)

Editor: Robby

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami