search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Munculnya Rabies Pertama di Bali Tahun 2008, Hingga Kini Catat 192 Korban Jiwa
Kamis, 26 Januari 2023, 22:43 WITA Follow
image

beritabali/ist/Munculnya Rabies Pertama di Bali Tahun 2008, Hingga Kini Catat 192 Korban Jiwa.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DENPASAR.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunada menjelaskan bahwa rabies muncul pertama kali di Pecatu pada tahun 2008 dan dalam waktu singkat menyebar di seluruh Kabupaten/ Kota se-Bali. 

Penyakit yang disebabkan oleh virus lyssa ini menyerang hewan berdarah panas seperti anjing, kucing dan kera. 

“tren saat ini, selain anjing, kucing dan kera, babi serta kambing juga bisa tertular virus rabies ini,” ujarnya dialog "Penangulangan Rabies Berbasis Keluarga" secara langsung di Denpasar, Kamis (26/1). 

Diantara beberapa jenis hewan itu, anjing menjadi fokus perhatian dalam pengendalian rabies karena Bali memiliki populasi anjing terbanyak jika dibanding daerah lain di Indonesia. 

Saat ini, populasi anjing di Bali tercatat sebanyak 620 ribu ekor dan ironisnya sebagian masuk kategori anjing liar. Untuk mengendalikan penyebaran rabies, Distanpangan akan fokus pada gerakan vaksinasi anjing yang dilakukan secara massif. 

“Ketersediaan vaksin saat ini mencapai 120 dosis, dan pada bulan Februari akan dipasok lagi sebanyak 30 ribu dosis. Jumlah itu sangat memadai untuk mengintensifkan gerakan vaksinasi,” terangnya. 

Dalam melakukan vaksinasi, pihaknya melibatkan desa adat dan desa dinas dengan membentuk Tim Siaga Rabies (TISIRA). Sedangkan dalam penanganan anjing liar, Distanpangan menurunkan tim khusus yang disebut A-Team. Selain vaksinasi, Kadistanpangan Sunada juga mengajak masyarakat untuk mengendalikan populasi anjing. 

“untuk mengurangi jumlah atau populasi anjing makan dapat dilakukan dengan cara mengebiri anjing jantan dan melakukan sterilisasi pada anjing betina. Ini merupakan langkah pengendalian populasi anjing sehingga jumlah anjing liar tidak semakin banyak. Dan lebih baik jika memelihara anjing untuk diikat atau di kerangkeng,karena apabila ada anjing rabies (anjing gila) yang diliarkan atau dilepas maka akan membahayakan banyak orang, terlebih si anjing menggigit seseorang, maka hal pertama yang akan diserang selain fisik, virus rabies akan menyerang otak,” ungkapnya. 

Sedangkan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr. Nyoman Gede Anom dalam paparannya menjelaskan tentang tata laksana penanganan gigitan anjing pada manusia. 

“Ketika digigit anjing, segera cuci luka pada air mengalir dengan menggunakan deterjen. Karena virus penyebab rabies terbukti akan mati oleh sabun. Setelah itu tambahkan antiseptic lanjut periksa ke pusat layanan kesehatan untuk mendapat penanganan, termasuk vaksinasi,” urainya. 

Pada kesempatan itu, dr. Nyoman Gede Anom juga mengingatkan bahwa penularan rabies bukan hanya terjadi karena gigitan, tapi bisa melalui paparan air liur hewan tertular rabies pada luka terbuka, lalu segera lakukan pengecekan secara medis sebelum terjadi gejala klinis di masa inkubasi (selama 2 Minggu - 2 bulan setelah digigit). 

Intinya penularannya dapat terjadi melalui air liur hewan rabies. Namun akan lebih baik bagi pemilik anjing untuk melakukan vaksinasi rabies secara berkala terhadap peliharaannya.

Baca juga:
Suspek Rabies di Buleleng Meninggal, Tiba-tiba Anjing Datang Gigit Jari Tangannya

Virus rabies memiliki dua jenis, yakni rabies ganas yang dibawa oleh anjing yang mengeluarkan air liur sangat banyak, senang mengejar kendaraan secara membabi buta bahkan harus dapat menggigit sasarannya, dan cenderung anjing rabies (ganas) ini lebih senang menyendiri/ bersembunyi dan takut matahari. 

Sedangkan rabies yang biasa (tidak ganas) adalah yang biasa ditunjukkan oleh anjing yang mulutnya menganga dan keluar air liur namun tidak mengejar kendaraan. Anjing model ini adalah anjing peliharaan yang diliarkan atau dilepas secara sengaja oleh pemiliknya. Dan sumbernya tidak hanya berasal dari air liur hewan saja, namun rabies juga bisa disebabkan dari sampah makanan busuk yang kemudian mengeluarkan bakteri namun tetap dikonsumsi oleh hewan liar atau hewan peliharaan kita.

Tercatat pada tahun 2022 terdapat 34.858 korban gigitan anjing dan 680 korban yang terindikasi virus rabies sementara di tahun 2022 lalu terdapat 22 korban jiwa akibat virus rabies. Apabila dilihat secara menyeluruh, di tahun 2008 terdapat 192 korban jiwa yang meninggal akibat virus rabies.

Editor: Robby

Reporter: bbn/rls



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami