search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Sejarah Pelabuhan Ampenan Peninggalan Belanda, Saksi Saat Lombok Bagian Keresidenan Bali
Sabtu, 1 April 2023, 21:21 WITA Follow
image

beritabali/ist/Sejarah Pelabuhan Ampenan Peninggalan Belanda, Saksi Saat Lombok Bagian Keresidenan Bali.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NTB.

Kota Tua Ampenan merupakan salah satu wilayah yang terletak di Kota Mataram, dan menyimpan banyak sejarah.

Wilayah Ampenan didiami oleh beragam suku, karena wilayah ini dulunya merupakan pusat perdagangan di Pulau Lombok.

Pada abad ke-19, Pelabuhan Ampenan merupakan pelabuhan yang penting di Pulau Lombok. Pada tahun 1840, Pelabuhan Ampenan telah menjadi pelabuhan ekspor impor oleh Kerajaan Mataram-Lombok. Melalui Ampenan, beras sebagai komoditi dagang terbesar diekspor ke Manila, Cina Bourbon, Mauritius, dan beberapa daerah di Nusantara seperti Jawa, Madura dan Makassar.

Pada tahun 1924, pemerintah Belanda membangun Pelabuhan Ampenan, seperti dermaga dan juga berbagai gudang untuk penyimpanan. Pada tahun 1948 – 1950, Ampenan menjadi pusat perdagangan di Lombok, dan dihuni oleh etnis Tionghoa, Melayu, Bugis, Jawa, dan Arab.

Dulunya, Ampenan merupakan Afdeeling, atau wilayah setingkat kota atau kabupaten berdasarkan staatblad No181/1895 tanggal 31 Agustus 1895.

Dalam peraturan tersebut, Pulau Lombok ditempatkan sebagai bagian dari keresidenan Bali, dan menjadi kompleks kecil seperti komplek pelabuhan, perkantoran, perdagangan, serta pemukiman berdasarkan etnis masing-masing.

Kemudian pemerintah Belanda memindahkan ibu kota pemerintahan ke Kota Mataram, itu artinya, kantor pemerintah asistensi keresidenan juga ikut pindah.

Namun, pada 1977, pelabuhan Ampenan dipindahkan ke daerah Lembar berdasarkan SK Menhub RI KM 77/LL305/PHB-77 tanggal 13 Oktober 1977.

Dilihat begitu pentingnya pelabuhan Ampenan, pihak Belanda memiliki keinginan untuk menguasainya. Penguasaan pelabuhan Ampenan diambil alih oleh Belanda pasca kemenangannya melawan Kerajaan Mataram-Lombok pada tahun 1894 dan mulai saat itu pemerintah kolonial Hindia-Belanda membangun dermaga dan mengeluarkan kebijakan. 

Pelabuhan Ampenan menjadi tambah penting ketika pemerintah kolonial Hindia-Belanda menggunakannya sebagai tempat untuk mengekspor hasil bumi berupa kandungan mineral (timah dan bijih besi), peternakan, dan pertanian yang ada di Lombok.

Situs Pelabuhan Ampenan terletak di Pantai Ampenan, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram pada titik koordinat UTM Zona 50 L 0397857 9052513. Pelabuhan Ampenan saat ini hanya tersisa bekas dermaga dan beberapa bangunan, salah satunya bekas bangunan Bank Dagang Belanda (Nederlands Indische Handelsbank). 

Bekas dermaga ini menyisakan tiang baja yang berada di tengah laut dan sudah mengalami salinitasi air laut (korosi). Di utara pelabuhan terdapat satu bangunan yang masih utuh dan tidak terawat yang merupakan bekas Bank Dagang Belanda (Nederlands Indische Handelsbank). 

Arsitektur bangunan indis ini merupakan perpaduan arsitektur bangunan gaya eropa dan arsitektur lokal (tropis). Bangunan bekas Bank Dagang Belanda ini menurut informasi masyarakat bahwa telah beberapa kali adaptasi terkait pemanfaatan bangunan ini. mulai pemanfaatannya sebagai Bank Indonesia, Cafe/Bar, hingga tempat jual beli barang bekas ex villa-hotel.

Hingga kini, Kota Tua Ampenan masih menyisakan bangunan-bangunan tua dengan arsitektur Belanda. Tak hanya itu, sisa-sisa tiang pancang bekas pelabuhan juga masih bisa terlihat di kawasan Pantai Ampenan.

Bangunan-bangunan tua di wilayah Kota Tua Ampenan masih berdiri kokoh hingga sekarang, menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat bersejarah di Pulau Lombok.

Editor: Robby

Reporter: bbn/lom



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami