Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan
Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Dualisme Aksara Bali, Antara Sakral dan Profan
BERITABALI.COM, BANGLI.
Aksara Bali merupakan salah satu tulisan yang ditakuti oleh segelintir orang karena dikira akan menjadikan dirinya stres. Sehingga diberi julukan 'macané takutina' yang artinya masyarakat takut akan aksara Bali yang notabene sakral dan pingit ataupun susah.
Aksara Bali sejatinya memiliki dualisme yang kuat akan keberadaannya yakni antara sakral dan profan. Kedua ini menjadi hal yang dapat menyelaraskan aksara Bali di tengah masyarakat karena dengan dua hal itu masyarakat akan menjadi paham terhadap pentingnya menjaga aksara Bali.
Aksara Bali dikatakan sebagai sakral karena diperuntukkan untuk upacara panca yajña dan mendapatkan upacara yang sesuai dengan apa yang dibuat. Karena aksara bali dapat digunakan di berbagai upacara yajña yang nantinya dapat menjadi nilai kesakralan dan magisnya sangat terasa dalam berbagai lini.

Karena telah melalui berbagai upacara yang disebut dengan pasupati. Selain itu juga, karena aksara yang dibuat dalam media kain, dan lontar yang sudah diupacarai sehingga disebut dengan sakral.
Namun, di era saat ini sudah banyak aksara Bali melalui perkembangan baik dalam ranah pendidikan dan keseharian. Aksara Bali di era sekarang sudah dikembangkan melalui berbagai media sehingga aksara Bali terkesan profan atau biasa saja tanpa menghilangkan esensi dari pada aksara itu.
Perkembangan aksara Bali di berbagai media salah satunya dalam media elektronik seperti handphone ataupun di media Laptop serta komputer. Komputer dan laptop merupakan pengembangan aksara yang disebut Bali Simbar Dwijendra dengan berbagai font aksara Bali, sedangkan di media handphone disebut Patik Bali yakni digunakan oleh masyarakat dalam pesan keseharian.
Tetapi, selain itu pengembangan aksara Bali pun melewati berbagai perkembangan seperti Baligrafi. Baligrafi atau yang sering disebut sebagai kaligrafi merupakan hasil karya manusia yang merupakan perkembangan dari aksara sehingga aksara Bali tergolong lebih biasa dan tidak terlalu sakral karena bisa diperuntukkan untuk pajangan dan juga untuk lomba karena memiliki estetika yang menakjubkan dari goresan tangan seniman.
Ketika berbicara dalam ranah tradisi dan sakralisasi serta profan maka aksara Bali pun memiliki dua lini yang kemudian menjadi sebuah lokalitas yang patut untuk dikembangkan dan dilestarikan di tengah perkembangan zaman maupun di tengah gerusan generasi Z.
Pelestarian aksara ini sangat penting untuk dilakukan agar aksara Bali tidak punah dan terus eksis di kalangan generasi muda. Sehingga perkembangan dari Aksara Bali itu sangat perlu untuk keberlanjutan aksara Bali.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/bgl
Berita Terpopuler
Karyawan Studio Tatto Gantung Diri Sambil Live TikTok di Kos Denpasar
Dibaca: 9158 Kali
Pesan Terakhir Pelajar SMP di Denpasar yang Tewas Gantung Diri
Dibaca: 7122 Kali
ABOUT BALI
Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem