Simulasi Bencana Jika Terjadi Banjir Bandang dan Gelombang Tinggi di Jembrana
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
Melalui telepon selular, Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB) setempat menginformasikan kejadian banjir bandang dan gelombang tinggi karena cuaca ekstrem di wilayah Jembrana.
Akibat dari kejadian tersebut, beberapa rumah warga mengalami kerusakan. Sebagian besar terendam air bercampur lumpur, dan beberapa warga setempat mulai mengungsi.
BPBD Provinsi Bali, BPBD Kabupaten Jembrana, PMI Jembrana, berita radio dan media televisi lokal juga telah menyebarluaskan informasi darurat bencana tersebut melalui berbagai media.
Bersamaan dengan hal tersebut, tim BPBD Kab. Jembrana melakukan Tindakan Darurat dengan mendirikan tempat penampungan sementara, menyediakan Dapur Umum dan Pertolongan Pertama bersama dengan PMI Kab. Jembrana, dibantu oleh pihak TNI dan Polri setempat.
Informasi tersebut menjadi dasar bagi kami untuk memastikan dengan segera dalam melakukan Respon Tanggap Darurat. Koordinasi juga dilakukan dengan Save the Children dan lembaga mitra lain mengenai upaya dalam memberikan dukungan yang tepat dan efektif bagi warga terdampak.
Bersamaan dengan hal tersebut, kurang dari 24 jam setelah kejadian bencana diumumkan, Bupati Jembrana menetapkan status “Tanggap Darurat Bencana Banjir Bandang dan Gelombang Tinggi” di Kabupaten Jembrana.
Tim Tanggap Darurat Bencana (TDB)segera datang ke lokasi banjir bandang di Pebuahan, Banyubiru untuk melakukan asesmen cepat dan koordinasi ke BPBD Jembrana, pemerintah desa, PMI Jembrana, dan Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI). Lembaga mitra yang lain menyusul satu hari kemudian menuju ke lokasi.
Bantuan yang diberikan untuk warga dikerjakan melalui beberapa penilaian dari serangkaian informasi yang dikumpulkan dari observasi dan pendekatan pada warga. Secara simultan, setiap personil dari tim Tanggap Daruratmelakukan pendataan yang rinci mengenai kebutuhan warga terdampak bencana. Hal tersebut juga dilengkapi oleh data lain berisi informasi sebagai dasar dalam memberikan bantuan jangka panjang.
Selama empat hari, antarmitra terus saling berkoordinasi di lapangan. Informasinya mencakup pembuatan sistem pengadaan logistik dengan supply chain, pembuatan situation report (Sitrep), proposal, dan Plan of Action (POA).
Seluruh hasil tersebut akan disampaikan dan dikelola bersama antarmitra dalam rapat klaster dan koordinasiTanggap Darurat Bencana bersama BPBD Jembrana. Bantuan akan diberikan setelahnya berdasarkan pengkajian terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya yang sudah dikelola sebelumnya.
Menurut Koordinator Program Simulasi Yayasan IDEP Selaras Alam I Putu Suryawan, seluruh kegiatan ini merupakan simulasi sebagai puncak kegiatan dari seluruh rangkaian kegiatan pelatihan tanggap darurat, IDEP dan Save the Children.
"Pelatihan ini merupakan upaya dalam membangun sistem pengelolaan risiko bencana dan penguatan kapasitas tanggap darurat bagi tiap individu maupun lembaga mitra yang bekerja di wilayah kawasan rawan bencana," jelasnya.
Indonesia memiliki risiko bencana tinggi karena letak geologis (di antara empat lempeng utama) dan geografis (tropis, pertemuan dua samudra dan dua benua). Risiko meliputi gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, banjir bandang, tanah longsor, cuaca ekstrim, gelombang ekstrem, abrasi, kekeringan, dan kebakaran hutan.
Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat menjadi ruang koordinasi antarmitra, sehingga jaringanyang telah dibangun selama kegiatan menjadi pondasi dalam membentuk respon dan aksi cepat tanggap yang semakin bermutu dan efektif. Selain itu, koordinasi ini juga diharapkan dapat menjadi tempat bertukar pengetahuan sehingga kedepannya ada perencanaan dan strategi dalam mengupayakan ketangguhan masyarakat melalui penyediaan bantuan jangka panjang hingga pascabencana.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/jbr