Anies Beberkan Ciri Negara Gagal, Singgung Elite dan Sistem Korup
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Calon presiden nomor urut satu Anies Baswedan membeberkan ciri-ciri dan alasan negara gagal. Hal itu dia sampaikan dalam konferensi Piagam Orang Muda Pulihkan Lingkungan di Balai Kartini Jakarta, Sabtu (25/11).
Ciri dan alasan yang dia paparkan mengutip dari buku Why Nations Fail karya Daron Acemo?lu dan James Robinson. Adapun salah satu ciri yang dia sebut yaitu negara gagal mempunyai karakter ekstraktif.
"Yang ekstraktif, institusi ekonominya, konsentrasi ekonomi di elite," kata Anies.
Ciri-ciri kedua, pasarnya menguntungkan elite. Ketiga, terbatasnya akses ke sumber pendidikan dan sumber daya yang lain. Keempat, ada hambatan dalam berbagai inovasi.
Anies menyebut dalam sebuah negara ekstraktif, perlindungan HAKI minim. Sementara dalam negara yang inklusif, akses ekonominya luas.
"Akses luas ke perekonomian, playing field itu artinya kesetaraan kesempatan di dalam berbagai sektor perekonomian," ujarnya.
Selain itu, Anies juga mengatakan negara inklusif menyediakan akses yang merata pada pendidikan dan sumber daya. Kemudian, ada dukungan untuk inovasi, dan perlindungan untuk hak asasi.
Dalam aspek politik, kata Anies, negara ekstraktif mempunyai struktur yang oligarkis. Lebih lanjut, partisipasi politik juga terbatas dan ada pemberangusan hak untuk kebebasan.
"Mengkritik bisa diproses hukum, mengkritik bisa dibawa ke dalam ranah kriminalisasi. Sistemnya cenderung korup, dan minim akuntabilitas," ucapnya melanjutkan.
Sementara itu, menurut Anies, negara yang inklusif, strukturnya demokratis, partsipasinya luas dan ada perlindungan hak kebebasan.
"Dan rule of law, transparan, pemimpinnya akuntabel," sebutnya.
Dia mengaku berkeinginan membawa kebijakan-kebijakan inklusif jika terpilih sebagai presiden, sehingga Indonesia tidak menjadi negara yang gagal.
Dia lantas membeberkan cara untuk menuju ke titik itu. Pertama, dia ingin meluruskan paradigma dari institusi yang ekstraktif menjadi inklusif.
"Lalu fokusnya, berubah, dari fokus pada pertumbuhan saja menjadi pertumbuhan, pemerataan, dan kelestarian atau berkelanjutan," ucap dia.
"Ini artinya bukan hanya konsentrasi membesarkan kuenya, tapi juga merasakan potongan kuenya dirasakan oleh semua," imbuhnya.
Selain itu, Anies juga berpandangan negara harus memikirkan keberlanjutan sumber daya alam, tidak menganaktirikan dampak lingkungan dari suatu bisnis. Dia mengingatkan jangan sampai ekonomi menghabisi ekologi.
"Kalau tidak memikirkan keberlanjutan, generasi ke depan tidak akan mungkin bisa merasakan yang kita rasakan. Kalau ekonominya menghabisi ekologi, lalu akan dapat apa lagi di masa depan kalau ekologinya sudah habis," tutur dia.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net