search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Astronot Stasiun ISS Berlindung Usai Satelit Rusia Meledak di Orbit
Selasa, 2 Juli 2024, 14:58 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Astronot Stasiun ISS Berlindung Usai Satelit Rusia Meledak di Orbit

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Sebuah satelit Rusia meledak hingga pecah hingga ratusan keping puing di orbit luar angkasa pada Rabu pekan lalu.

Dikutip Reuters, insiden itu terjadi sekitar pukul 10.00 Waktu pegunungan atau 16.00 GMT. Menurut NASA, ledakan terjadi di orbit dekat Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sehingga membuat para astronot terpaksa berlindung selama satu jam.

Selain itu, ledakan satelit Rusia yang sudah tidak berfungsi itu pun menambah banyak sampah luar angkasa yang berada di orbit.

Belum ada rincian mengenai penyebab satelit observasi Bumi RESURS-P1 Rusia itu pecah. Satelit itu sudah dinyatakan mati oleh Rusia sejak 2022 lalu.

Komando Militer Luar Angkasa Amerika Serikat memantau ketat kawanan puing satelit usang Rusia tersebut dan sejauh ini mengatakan tidak ada ancaman yang timbulkan bagi satelit lain.

Sejauh ini, komando tersebut melacak ada "lebih dari 100 keping puing satelit yang dapat dilacak."

Badan Antariksa Rusia Roscosmos merupakan operator satelit usang tersebut dan hingga kini belum ada komentar terkait insiden tersebut.

Hingga Kamis sore, radar dari perusahaan pelacak ruang angkasa AS LeoLabs telah mendeteksi setidaknya 180 puing tercipta imbas pecahan satelit Rusia itu.

Peristiwa besar yang memicu puing-puing sampah di orbit jarang terjadi, namun hal ini semakin mengkhawatirkan seiring dengan semakin padatnya ruang angkasa dengan jaringan satelit yang penting bagi kehidupan sehari-hari di Bumi, mulai dari internet broadband dan komunikasi hingga layanan navigasi dasar.

Selain itu, semakin banyak pula satelit tua yang sudah tidak aktif lagi tetapi masih melayang bebas di luar angkasa.

Pecahnya satelit Rusia tersebut terjadi pada ketinggian sekitar 355 km (220 mil) di orbit rendah Bumi, tempat ribuan satelit kecil hingga besar beroperasi, termasuk jaringan Starlink SpaceX yang luas dan jaringan Tiongkok yang menampung tiga astronotnya.

"Karena rendahnya orbit awan puing ini, kami memperkirakan perlu waktu berminggu-minggu hingga berbulan-bulan sebelum menyatakan ancaman bahayanya berlalu," kata LeoLabs dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.

Sejauh ini, ada sekitar 25.000 keping puing yang lebih besar dari empat inci (10 cm) berada di ruang angkasa yang disebabkan ledakan atau tabrakan satelit selama ini.

Fenomena ini telah menimbulkan kekhawatiran mengenai prospek efek Kessler - sebuah fenomena di mana tabrakan satelit dengan puing-puing dapat menciptakan risiko yang lebih berbahaya bagi astronot dan mungkin bumi ke depannya. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami