search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Jokowi: Sikapi Perubahan Iklim Tanpa Korbankan Rakyat Kecil
Kamis, 5 September 2024, 11:43 WITA Follow
image

beritabali.com/cnnindonesia.com/Jokowi: Sikapi Perubahan Iklim Tanpa Korbankan Rakyat Kecil

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti permasalahan perubahan iklim yang terjadi di dunia. Ia menilai masalah penting itu butuh kerja sama global yang tidak mengorbankan kepentingan rakyat kecil.

Hal itu Jokowi sampaikan dalam pidatonya saat membuka Indonesia International Sustainability Forum di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (5/9).

"Yang justru ingin saya tekankan adalah permasalahan perubahan iklim ini tidak akan pernah bisa terselesaikan, selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi, selama dunia hanya menghitung keuntungannya sendiri, dan selama dunia hanya mementingkan egosentrisnya sendiri-sendiri," kata Jokowi

Jokowi menyebut cara menyikapi perubahan iklim butuh pendekatan yang kolaboratif. Kemudian butuh pendekatan yang berperikemanusiaan, dan kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang.

"Dan juga kemanusiaan agar prosesnya tidak mengorbankan kepentingan rakyat kecil," imbuhnya.

Menurut Jokowi, ekonomi hijau bukan hanya tentang perlindungan lingkungan, melainkan bagaimana menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi rakyat.

Dalam kesempatan itu, Jokowi juga meminta dunia tidak meragukan komitmen Indonesia dalam mencapai net zero emissions. Salah satunya karena Indonesia memiliki potensi energi yang melimpah mencapai lebih dari 3.600 Gigawatt.

"Kami juga memiliki PLTS Apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 Megawatt peak (MWp), terbesar di Asia Tenggara, dan terbesar ketiga di dunia," jelasnya.

Selain itu, Jokowi juga memamerkan Indonesia yang memiliki potensi besar dalam penyerapan karbon melalui hutan mangrove yang juga terbesar di dunia dengan luas 3,3 juta hektare.

Jutaan hektare hutan mangrove di Indonesia itu menurutnya mampu menyerap karbon 8 sampai 12 kali lebih baik dibandingkan hutan hujan tropis. Pun Indonesia juga memiliki Kawasan Industri Hijau seluas 13 ribu hektare.

"Tapi semua itu tidak akan memberi dampak signifikan bagi percepatan penanganan dampak perubahan iklim, selama negara maju tidak berani berinvestasi, selama riset dan teknologi tidak dibuka secara luas, dan selama pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang," ujar Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi juga memastikan Indonesia sangat terbuka bermitra dengan siapapun untuk memaksimalkan potensi bagi dunia yang lebih hijau, untuk memberikan akses energi hijau yang berkeadilan, serta untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan.

Oleh sebab itu, ia berharap Indonesia International Sustainability Forum dapat menjadi tempat bertemunya pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya, yang dapat menjadi modal bersama dalam berkolaborasi menghadapi tantangan iklim yang ada.

"Karena kolaborasi bukan pilihan, kemanusiaan bukan opsi melainkan sebuah keharusan dan kewajiban," katanya. (sumber: cnnindonesia.com)

Editor: Juniar

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami