Akun
guest@beritabali.com
Beritabali ID: —
Langganan
Beritabali Premium Aktif
Nikmati akses penuh ke semua artikel dengan Beritabali Premium
Denpasar: Dari Pertumbuhan ke Kualitas Hidup dan Ketenagakerjaan yang Layak
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Kota Denpasar kembali menegaskan posisinya sebagai barometer pembangunan di Bali. Setelah terpukul pandemi, berbagai indikator sosial dan ekonomi menunjukkan tren pemulihan yang impresif.
Namun, di balik capaian itu, muncul tantangan baru yang menuntut arah kebijakan yang lebih tajam dan berorientasi pada kualitas hidup dan mutu pekerjaan warganya.
Kemiskinan Turun, Biaya Hidup Naik
Tingkat kemiskinan di Denpasar terus menurun, dari 2,97 persen pada 2022 menjadi hanya 2,16 persen pada 2025—terendah di Bali. Kedalaman dan keparahan kemiskinan juga menyusut, menunjukkan bahwa warga miskin ekstrem semakin sedikit. Namun, garis kemiskinan naik signifikan hingga mencapai Rp862 ribu per kapita per bulan, meningkat hampir 40 persen dalam lima tahun terakhir.
Kenaikan ini menandakan bahwa tantangan kemiskinan kini bergeser dari jumlah penduduk miskin ke daya beli rumah tangga. Program pengentasan kemiskinan ke depan tidak cukup fokus pada peningkatan pendapatan, melainkan juga pada efisiensi biaya hidup—mulai dari perumahan terjangkau, transportasi publik, hingga layanan kesehatan yang mudah diakses.
Ekonomi Pulih, Saatnya Fokus pada Kualitas Pekerjaan
Pemulihan ekonomi Denpasar berlangsung cepat. Setelah mengalami kontraksi -9,4 persen pada 2020, pertumbuhan ekonomi kota ini melonjak menjadi 6,09 persen pada triwulan II 2025—lebih tinggi dari rata-rata provinsi. Tingkat pengangguran terbuka pun anjlok tajam dari 7,6 persen (2020) menjadi 1,41 persen (2025).
Namun, data ketenagakerjaan menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja belum sepenuhnya diikuti peningkatan kualitas pekerjaan. Berdasarkan data BPS Kota Denpasar tahun 2022–2024, sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai, dengan proporsi sekitar 61,07 persen pada 2023 dan sedikit menurun menjadi 55,77 persen pada 2024.
Sementara itu, kelompok berusaha sendiri menempati posisi kedua dengan porsi 19,38 persen pada 2024, diikuti oleh berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar sebesar 8,80 persen, serta pekerja tidak dibayar yang justru meningkat dari 6,86 persen pada 2022 menjadi 9,06 persen pada 2024. Pola ini mengindikasikan bahwa meskipun lapangan kerja tersedia, sebagian di antaranya masih bersifat informal atau berupah rendah.
Kondisi ini memperkuat kebutuhan kebijakan baru: dari sekadar menciptakan pekerjaan ke membangun pekerjaan yang produktif dan layak. Program pelatihan vokasi, sertifikasi kompetensi, dukungan formalitas usaha kecil, dan akses kredit produktif menjadi langkah strategis agar pertumbuhan ekonomi turut meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja.
Denpasar, Magnet Migrasi dan Urbanisasi
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, hampir 40 persen penduduk Denpasar merupakan migran dari luar kota, tertinggi di Bali. Arus migrasi ini memperkaya tenaga kerja dan dinamika kota, tetapi juga menambah tekanan terhadap perumahan, transportasi, dan layanan publik.
Untuk itu, kebijakan tata ruang, integrasi transportasi, serta akses hunian terjangkau harus berjalan selaras dengan strategi penyerapan tenaga kerja formal. Denpasar perlu mengelola urbanisasi bukan sebagai beban, tetapi sebagai modal pertumbuhan ekonomi inklusif.
Meningkatkan Daya Saing Manusia Denpasar
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Denpasar kini mencapai 85,6—tertinggi di Bali. Angka ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam kesehatan, pendidikan, dan pendapatan. Namun, kesenjangan antarwilayah dan antar-kelompok pekerjaan masih menjadi catatan penting. Pekerja perempuan dan migran, misalnya, masih lebih banyak terkonsentrasi di sektor informal dan berupah rendah.
Investasi pada pendidikan vokasi, pelatihan digital, serta pemberdayaan perempuan dan pemuda akan menjadi kunci untuk memperkuat daya saing SDM Denpasar di tengah ekonomi berbasis jasa dan kreativitas.
Baca juga:
Yang Tak Terlihat dari Inflasi Rendah
Menata Arah Denpasar ke Depan
Keberhasilan Denpasar di masa mendatang tidak cukup diukur dari kecepatan pertumbuhan ekonominya, tetapi seberapa adil, inklusif, dan berkelanjutan manfaatnya dirasakan masyarakat. Ada tiga fokus utama yang perlu diperhatikan pembuat kebijakan:
1. Meningkatkan kualitas hidup warga, bukan sekadar menurunkan angka kemiskinan.
2. Mengembangkan ekonomi kreatif dan digital untuk memperluas lapangan kerja produktif.
3. Mengelola urbanisasi dan migrasi secara cerdas, agar kota tetap nyaman, kompetitif, dan berdaya saing tinggi.
Dengan arah kebijakan yang berfokus pada kualitas pekerjaan dan kesejahteraan warga, Denpasar dapat terus tumbuh sebagai kota yang bukan hanya maju secara ekonomi, tetapi juga unggul dalam kualitas hidup dan keadilan sosial.
Penulis
Dr. Andri Yudhi Supriadi
Kepala BPS Kota Denpasar
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/opn
Berita Terpopuler
Gudang BRI Ubud Ambruk Akibat Longsor
Dibaca: 2439 Kali
Turis Somalia Ngamuk Tuduh Sopir Curi HP, Ternyata Terselip di Jok Mobil
Dibaca: 2350 Kali
Anggota BNNK Buleleng Terciduk Konsumsi Sabu
Dibaca: 2184 Kali
Pedagang Pasar Kumbasari Cemas Tukad Badung Meluap Lagi
Dibaca: 1977 Kali
ABOUT BALI
Film Dokumenter Hidupkan Kembali Sejarah Tari Kecak di Bedulu
Makna Tumpek Landep Menurut Lontar Sundarigama
Tari Sanghyang Dedari Nusa Penida Diajukan Jadi Warisan Budaya Tak Benda
Mengenal Tetebasan Gering, Topik Menarik di Festival Lontar Karangasem