Catur Pariksa, Konsep Kepemimpinan I Gusti Ngurah Made Agung
Jumat, 23 Maret 2018,
13:00 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DENPASAR.
Beritabali.com, Denpasar. I Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Ngurah Made Agung atau dikenal Cokorda Mantuk Ring Rana adalah Raja Badung yang menjadi tokoh sentral dalam Perang Puputan Badung. Saat hidupnya, beliau mewariskan konsep-konsep kepemimpinan yang dirajut dengan kata-kata indah, seperti yang tertuang dalam Geguritan Nitiraja Sasana.
Dalam Geguritan Nitiraja Sasana, beliau menyampaikan pemikirannya mengenai seorang raja (pemimpin) yang dapat dimuliakan setelah diangkat menjadi raja adalah raja yang mampu mengendalikan pemerintahan demi persatuan dan kesatuan, sebab raja sendiri identik dengan dunia beserta isinya. Raja haruslah setia dengan kata-katanya sendiri.
Dikutip dari buku Skriptorium Naskah Tradisional Kota Denpasar, konsep menarik yang berkaitan dengan kepemimpinan yang disampaikan dalam Geguritan Nitiraja Sasana adalah apa yang disebut Catur Pariksa, yakni :
1. Sama: Senantiasa berusaha secara berkesinambungan, menumbuhkan sikap saling percaya lahir dan batin, di dalam perbuatan hendaknya sikap munafik dijauhkan dan tidak berat sebelah, dengan demikian rakyat merasa diperhatikan dan diayomi oleh raja atau pemimpinnya.
2. Dhana: Senantiasa bekerja keras mewujudkan kesejahteraan rakyat, terutama yang berkaitan dengan sandang, pangan, dan papan dapat dipenuhi secara merata, dengan demikian kesejahteraan lahir batin rakyat dapat diwujudkan.
3.Bedha: Senantiasa dapat menumbuhkan suasana kritis di kalangan rakyat, agar rakyat tetap memiliki sikap berhati-hati, waspada, dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan, dengan demikian dapat memilih dengan benar antara yang benar dan yang salah demi kepentingan bersama.
4. Dhanda: Senantiasa berusaha menegakkan keadilan, menerapkan sangsi hukum yang seadil adilnya kepada siapa saja yang berani melakukan tindak kejahatan. Sikap konsekuen didalam hal ini senantiasa dituntut di dalam menegakkan keadilan tanpa pandang bulu sehingga kejahatan dapat ditekan serendah mungkin.
Apabila dilihat dengan seksama, tampak pemikiran Ida Cokorda Ngurah Made Agung sangat kontekstual dan universal, menembus sekat zaman dan ranah budaya.
Raja atau pemimpin, kapanpun dan dimanapun haruslah seorang yang adil dan bijaksana. Lebih menarik lagi pada zamannya beliau telah mengembangkan sikap demokratis, yakni agar pemimpin senantiasa mengembangkan budaya kritis demi kepentingan bersama.
Pemikiran semacam ini tentu telah melewati proses kristalisasi yang teramat mendalam. Dalam hal ini tampaklah intelektualitas Ida Cokorda Ngurah Made Agung menunjukkan local genius dalam memformulasikan pemikiran-pemikirannya.
Berita Denpasar Terbaru
Reporter: bbn/psk