Pengrajin Batu Tabas Karangasem Terkendala Bahan Baku dan Persaingan Harga
Minggu, 5 Agustus 2018,
18:25 WITA
Follow
IKUTI BERITABALI.COM DI
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, KARANGASEM.
Beritabali.com, Karangasem. Di tengah pulihnya usaha kerajinan Batu Tabas Karangasem akibat dampak erupsi Gunung Agung, berbagai kendala dihadapi pengrajin kecil mulai dari mahalnya bahan baku hingga persaingan antar pengrajin yang memicu harga jauh di bawah pasaran.
[pilihan-redaksi]
Kondisi ini diakui oleh salah seorang pengrajin Batu Tabas asal Dusun Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Selat, Karangasem bernama I Ketut Subawa (32). Menurutnya setelah kembali dari pengungsian beberapa bulan lalu pesanan pelinggih batu tabas buatannya mulai kembali mendapat pesanan.
Kondisi ini diakui oleh salah seorang pengrajin Batu Tabas asal Dusun Geriana Kangin, Desa Duda Utara, Selat, Karangasem bernama I Ketut Subawa (32). Menurutnya setelah kembali dari pengungsian beberapa bulan lalu pesanan pelinggih batu tabas buatannya mulai kembali mendapat pesanan.
Seperti yang dilakukan beberapa pengusaha dengan modal besar, untuk memenangkan sebuah tanderan mereka berani memasang harga jauh di bawah harga dipasaran. Disanalah terkadang para pengerajin yang baru merintis usaha menjadi kalah bersaing.
Selain persoalan harga, belakangan kepercayaan pelanggan juga sedikit menurun akibat ulah beberapa oknum pengusaha nakal yang mengambil uang muka, namun proyek tak kunjung dikerjakan. Tentu ini sangat menpengaruhi karena pembeli sekarang kebanyakan tidak mau memberikan DP meminta agar dikerjakan dulu baru dibayar.
Kendati demikian ia tetap bersyukur karena saat ini masih ada pesanan. "Ya ada sedikit, meski tidak banyak setidaknya ada kerjaan tidak sampai libur total," kata Subawa.
[pilihan-redaksi2]
Pria yang juga akrab dipanggil Gilik ini mulai menekuni kerajinan Batu Tabas sejak tahun 2001. Awalnya Gilik sebagai pekerja di perusahaan Batu Tabas milik rekannya. Namun karena prospeknya cukup menjanjikan, Gilik mencoba peruntungan dengan membuat usahanya sendiri sejak dua tahun belakangan.
Pria yang juga akrab dipanggil Gilik ini mulai menekuni kerajinan Batu Tabas sejak tahun 2001. Awalnya Gilik sebagai pekerja di perusahaan Batu Tabas milik rekannya. Namun karena prospeknya cukup menjanjikan, Gilik mencoba peruntungan dengan membuat usahanya sendiri sejak dua tahun belakangan.
Saat ini, Gilik tengah mengerjakan sebuah proyek pesanan Angkul-Angkul atau gerbang dari batu tabas bersama 3 orang pekerja. Angkul-Angkul tersebut dipesan oleh pelanggan asal Denpasar seharga Rp50 juta rupiah dengan ukuran tinggi 3,70 meter lebar 2,5 meter. Sementara itu, untuk ongkos satu orang tukangnya perhari digaji sebesar Rp110 ribh rupiah.
Selain itu, karya kerajinannya juga sudah menembus luar Bali salah satunya di wilayah Lombok Barat, beberapa waktu lalu Gilik dan kawannya sempat mendapat pesanan untuk mengerjakan pelinggih Pura di Polda Pasopati, Polda NTB dengan nominal harga mencapai Ratusan Juta Rupiah. (bbn/igs/rob)
Berita Karangasem Terbaru
Reporter: -