search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
95 Persen Masyarakat Indonesia 'Cueki' Isu Resesi 2023
Rabu, 9 November 2022, 15:07 WITA Follow
image

bbn/Kompas.com/95 Persen Masyarakat Indonesia 'Cueki' Isu Resesi 2023

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, NASIONAL.

Diperkirakan 95,9 persen masyarakat optimistis Indonesia tidak akan mengalami resesi di tahun 2023 dan mereka tidak khawatir dengan isu resesi pada tahun yang sama.

"Atau setidaknya kalaupun terjadi resesi mereka yakin dampaknya ke Indonesia tidak seburuk yang dikhawatirkan," ujar Analis data pada Continuum Data Indonesia Natasha Yulian dalam acara Respons Indef Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kuartal-3 Tahun 2022, pada Selasa (8/11/2022).

Data tersebut merupakan riset dari data 51.525 akun media sosial dengan 60.781 pembicaraan tentang resesi, dimana 78,5 persen perbincangan berasal dari Pulau Jawa dalam periode 17 Oktober 2022 sampai 1 November 2022.

Sehingga, dapat disimpulkan, hanya 4 persen perbincangan yang menunjukkan masyarakat khawatir terhadap isu resesi pada tahun 2023.

Analis pada perusahaan riset tersebut menjelaskan optimisme masyarakat tersebut berasal dari berbagai berita yang menunjukkan kondisi Indonesia yang semakin membaik, salah satunya data berupa perekonomian Indonesia yang menjadi salah satu terbaik di ASEAN dan bahkan lebih tinggi dari Eropa dan Amerika Serikat.

Survei yang sama memperlihatkan seluruh perbincangan positif tentang resesi, terdapat 69,33 persen perbincangan positif berisikan optimisme Indonesia aman dari resesi, 21,6 persen berisi pemesanan iphone ludes tanda tak jadi resesi, dan 4,24 persen imbauan untuk tak takut resesi dan hidup normal.

Selanjutnya 3,69 persen pernyataan positif berisi tidak takut resesi karena sudah melewati pandemi, serta 1,14 persen soal tak perlu khawatir dengan resesi.

Sementara itu dari sentimen negatif meliputi sebanyak 45 persen perbincangan negatif berisikan kritik pemerintah yang ketar-ketir dengan resesi tahun depan, 30,34 persen influencer yang memanfaatkan situasi untuk fear monerging, serta 8,09 persen merasa setiap hari sudah mengalami resesi.

Lalu sebanyak 8,01 persen perbincangan negatif berisi resesi di depan mata tetapi pejabat sibuk pencitraan, 7,13 persen mengimbau menyimpan duit banyak sebelum resesi, dan 1,4 persen menyatakan pasar mulai sepi merupakan pertanda resesi.

Natasha mengungkapkan, survei ini memperlihatkan bahwa kenaikan harga menjadi hal yang paling dikhawatirkan jika nantinya terjadi resesi, yakni sebanyak 52,8 persen responden.

"Selain itu, krisis pangan (30,6 persen) dan susah mencari pekerjaan (4,2 persen) juga menjadi hal yang dikhawatirkan jika resesi datang," ujar dia.

Sehingga, ia sangat merekomendasikan agar masyarakat untuk hemat dan menabung guna menghadapi resesi jika berdasarkan survei, yakni 50,1 persen.

Namun di sisi lain, tetap belanja juga menjadi salah satu hal yang banyak disarankan yakni 21 persen, lantaran belanja akan membantu perputaran perekonomian domestik sehingga bisa jauh dari resesi.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami