Bantah AS, Ukraina Sebut Cina Tak Berniat Pasok Senjata ke Rusia
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Intelijen Ukraina membantah laporan yang digaungkan Amerika Serikat bahwa Cina berniat memasok senjata ke Rusia untuk melawan Kyiv.
Kepala Intelijen Ukraina, Kyrylo Budanov, mengatakan dirinya tak melihat "tanda-tanda" bahwa Cina mendiskusikan hal semacam itu.
"Sampai saat ini, saya tidak merasa bahwa Cina bakal menyetujui pengiriman senjata ke Rusia," kata Budanov kepada Voice of America, seperti dikutip AFP, Selasa (28/2).
Ia kemudian melanjutkan, "Saya tidak melihat tanda-tanda apa pun yang menunjukkan bahwa hal semacam itu bahkan sedang didiskusikan [oleh Cina]."
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, sebelumnya menuding Cina berniat memasok senjata ke Rusia. Blinken menyebut Cina hendak memasok bantuan mematikan, mulai dari amunisi hingga senjata.
"Kami sudah menyatakan secara jelas kepada mereka [Cina] bahwa bantuan semacam itu bisa menyebabkan masalah serius bagi kami dan hubungan kami," kata Blinken kepada CBS, seperti dikutip AFP, Senin (20/2).
Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA), William Burns, juga meyakini bahwa Cina sedang mempertimbangkan pengiriman tersebut.
"Kami meyakini bahwa kepemimpinan Cina sedang mempertimbangkan penyediaan peralatan mematikan ke Rusia," kata Burns kepada CBS, Minggu (27/2), seperti dikutip dari AFP.
Kendati demikian, Burns menegaskan hingga kini pihaknya belum melihat bukti terkait "pengiriman peralatan mematikan yang sebenarnya" oleh Cina.
Menanggapi hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin, membantah bahwa Beijing berniat memberikan senjata ke Rusia.
Wang menuding balik bahwa selama ini AS lah yang "hobi" mengirim senjata ke medan perang.
"Amerika Serikat yang tanpa henti mengirim senjata ke medan perang, bukan Cina," kata Wang, sebagaimana dilansir AFP, pada Senin.
Wang menyebut AS mestinya berkaca atas tindakannya sendiri dan membuat langkah yang bisa meredakan situasi di Ukraina, bukan menyebarkan tuduhan palsu terhadap Cina.
"Kami mendesak AS untuk dengan sungguh-sungguh berkaca atas tindakannya sendiri, dan berbuat lebih banyak untuk meringankan situasi, mempromosikan perdamaian dan dialog, dan berhenti mengalihkan kesalahan dan menyebarkan informasi palsu," katanya.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/net