Cerita Dua Ulama Rusia dan Ukraina 'Adu Fatwa' Gegara Perang
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Talgat Tajuddin merupakan salah satu ulama di Rusia yang mendukung invasi terhadap Ukraina.
Berlatar dari suku yang sama, kini ia bermusuhan dengan ulama Ukraina Said Ismagilov karena mempunyai fatwa yang berbeda tentang perang.
Kontribusi mereka terhadap negara terlihat dalam keputusannya menentukan fatwa bagi para pemeluk Muslim di kedua negara.
Lalu, bagaimana cerita kedua ulama tersebut?
Talgat Tajuddin
Talgat Safich Tadzetdinov atau Talgat Tajuddin merupakan salah satu Ketua Mufti Rusia dan ulama ternama.
Lahir pada Oktober 1948 di Kazan, ia berkontribusi dalam sejumlah keputusan hukum Islam di Rusia sejak zaman pendudukan Uni Soviet.
Tajuddin merupakan lulusan madrasah Mir-Arab, sebuah sekolah Islam di Uzbekistan. Selepasnya, ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Teologi Al-Azhar Kairo Mesir dan lulus pada 1978.
Kontribusinya dalam berdakwah setelah lulus membuahkan hasil hingga terpilih menjadi seorang Mufti dan ketua Administrasi Spiritual Umat Muslim di Uni Soviet dan Siberia Bagian Eropa (DUMES) pada 1980. Ia juga mengemban gelar Sheikh-ul-Islam sejak 1990.
Setelah Dumes berubah menjadi Pusat Administrasi Spiritual Umat Islam Rusia, Tajuddin dianugerahi sebagai Mufti Agung oleh lembaga tersebut.
Tajuddin juga mendukung beberapa gerakan yang cukup kontroversial, salah satunya adalah Euranisme. Euranisme merupakan suatu gerakan yang muncul pada abad ke-20 dan menyatakan Rusia tidak termasuk dalam kategori "Eropa" atau "Asia" melainkan termasuk dalam konsep geopolitik Eurasia yang diatur oleh "dunia Rusia."
Sejak mendukung gerakan Eurasianisme, ia yakin bahwa Rusia merupakan negara yang berhak memimpin dan menentukan pilihannya demi menjaga kedamaian dunia.
Hal ini pun menguat seraya membuat fatwa bahwa invasi Rusia ke Ukraina merupakan suatu langkah yang terpaksa dan tak dapat dihindari.
Presiden Rusia Vladimir Putin juga sempat menganugerahi Order of Merit to the Fatherland karena kontribusinya yang besar terhadap pengembangan budaya spiritual, penguatan perdamaian dan keharmonisan antaretnis dan antarpengakuan dalam masyarakat pada 2019, seperti dikutip islam.ru.
Sheikh Said Ismagilov merupakan salah satu Mufti Administrasi Keagamaan Muslim di Ukraina. Ia menjadi sosok yang melarang umat Muslim di Rusia untuk ikut terjun dalam perang invasi Rusia.
Ismagilov lahir di Donetsk pada 1978. Ia juga berasal dari suku yang sama seperti Tajuddin yaitu Volga Tatar.
Mulanya, ia merupakan lulusan Donetsk Polytechnic College dan lulus pada 1997.
Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya pada 2002 dan mengambil fokus filsafat keagamaan di Institut Kecerdasan Buatan Negara Donetsk dan menerima gelar Sarjana Filsafat dan gelar Magister Studi Keagamaan.
Pada 2009, Ismagilov terpilih menjadi Mufti di Administrasi Keagamaan Muslim Ukraina (Ummah).
Pada beberapa tahun lalu, ia kerap membuat beberapa pernyataan untuk menentang perilaku diskriminatif yang terjadi di Eropa.
Bahkan ia juga ikut serta dalam pembebasan seorang pendeta Katolik dari penawanan, bersama perwakilan beberapa pemuka agama lainnya di Eropa, seperti dikutip dari risu.ua.
Langkahnya yang menentang segala penyimpangan yang terjadi pada umat Muslim Eropa yang membuatnya menyatakan fatwa bahwa seluruh umat Muslim di Ukraina harus membela diri melawan invasi Rusia dan melarang Muslim di Rusia untuk turut bergabung dalam tindakan keji tersebut.
Namun sejak Rusia mulai melakukan invasi hingga mencapai beberapa titik Ukraina, ia turut bergabung menjadi sukarelawan di garis depan.
Ismagilov sebagai seorang Mufti dan pejuang tetap mendukung upaya tersebut dan yakin bahwa akan ada titik terang dari konflik ini.
Meskipun berasal dari latar belakang suku yang sama, keduanya hingga saat ini masih melakukan beberapa upaya guna mendukung negaranya masing-masing. Ini dapat membuktikan bahwa mereka masih memegang jiwa nasionalisme di tengah perbedaan pendapat. (sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net