search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Desa Pejeng Kaja Belajar Pertanian Organik ke Desa Sidan
Selasa, 26 Juli 2022, 14:40 WITA Follow
image

beritabali/ist/Desa Pejeng Kaja Belajar Pertanian Organik ke Desa Sidan.

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, GIANYAR.

Desa Pejeng Kaja, Tampaksiring, menggelar acara studi tiru ke Desa Sidan, Gianyar, Selasa (26/7). Pejeng Kaja belajar pertanian organik sebagai ketahanan pangan desa untuk memaksimalkan hasil pertanian.

Perbekel Desa Pejeng Kaja, I Wayan Jana menyatakan kultur Pejeng Kaja terdiri dari 9 subak dan sebagai pendamping daerah wisata Ubud, Pejeng Kaja ingin desa dikembangkan ke desa wisata berbasis pertanian. 

“Hampir 200 hektar pertanian kami. Nanti kami akan bikin jalan lingkar, sarana sudah, tinggal kami tata kelola, agar jadi desa wisata berbasis organik,” ujarnya.

Pihaknya berkomitmen menjaga alam Pejeng Kaja dan bertumbuh kembang menjadi wisata berbasis organik. Untuk studi tiru ke Sidan, agar ditularkan ke petani di desa Pejeng Kaja. 

“Sekalipun kami langsung ambil 3 hektar untuk pilot project,” jelasnya.

Pihaknya berusaha mengedukasi petani agar beralih ke organik. “Dengan keadaan alam yang asri, maka saya melihat kenyataan di Sidan,” ujarnya.

Untuk merangsang ketertarikan petani, pihak desa menggelar rapat Musdes. “Tidak disangka, banyak petani ingin, namun biaya kami terbatas untuk tahun ini. Tahun ini kembangkan ketahanan pangan cukup 3 hektar, biaya Rp 100 juta. Tidak menutup kemungkinan kami bentuk ketahanan hewani,” jelasnya.

Harapannya, ke depan agar menjadi penyangga wisata Ubud dengan menjaga alam agar ajeg dan asri.

“Agar ke depan ikut bersama menanam padi berpatokan pada organik untuk pertahankan fungsi tanah,” ujarnya.

Pesan kepada petani, pihaknya mengajak mengembalikan tanah agar berfungsi dan mendapatkan hasil yang bagus.

“Ketingkatan asam tanah Pejeng Kaja tinggi. Maka hasilnya saat ini draw, hasilnya tipis karena dulu 45 kampil sekarang 20 kampil, berarti sekarang drop,” jelas dia.

Dia berharap pemerintah daerah ikut menata ulang tanah mengatur zat asam tinggi melalui pola tanam organik. “Biar petani ke depan meningkat penghasilannya,” tutupnya. 

Editor: Redaksi

Reporter: bbn/gnr



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami