Dokter asal Gianyar Melanglang Buana Bawa Kain Songket Jembrana 'Go Internasional'
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, JEMBRANA.
dr.Luh Wayan Sriadi (47) berasal dari Gianyar dan menetap di Lingkungan Satria, Kelurahan Pendem, Jembrana menggeluti kain songket khas Jembrana sejak tahun 2013 lalu.
Awalnya ia memiliki usaha bordir tahun 2007, namun sejak tahun 2013 hingga kini teguhkan diri untuk konsentrasi di tenun kain songket.
Berkat komitmennya yang tinggi untuk pelestarian kain songket Jembrana, ia sukses tidak hanya skup lokal tetapi juga melampaui hingga ke internasional. Pameran skala lokal dan internasional juga kerap dilakoni. Bahkan setahun bisa 5 hingga 6 kali ke Jakarta.
"Dulu sebelum pandemi malah sering ke luar negeri . Mereka justru heran dengan kain songket tradisional yang masih bertahan," ujarnya.
Hal ini berkat motif dengan inovasi dan tatanan warnanya. Selain itu, pemasaran disamping secara langsung juga dengan online. Untuk pameran skup nasional dan internasional dilakukan bersama timnya.
Awalnya pameran dilakukan ke Korea Selatan kemudian meluas hingga negeri di Eropa. Bahkan, ia juga berkolaborasi dari para desainer disana dan mendapat penghargaan Asia-Pasifik tahun 2021 di Uzbekistan.
"Jika bicara kualitas memang sama dengan alat menggunakan mesin. Kenapa kain songket malah sistem tradisional karena bisa menyerap tenga kerja dengan memperdayakan tenaga manusia. Makanya songket tidak bisa dibanding-bandingkan dengan usaha produksi mesin total. Ada sebuah nilai sosial pelestarian yang lebih dijaga. Selain itu ini merupakan usaha ibu rumah tangga," tegasnya.
Proses pembuatannya pun bisa dilakukan di rumah sehingga bisa memberdayakan kaum wanita. Alhasil, seorang wanita juga bisa membantu dan menambah hasil usaha untuk keluarga. Produksi songket biasa diminati segmen pasar kelas menengah atas. Karena itu, dari produksi hingga hasilnya dikerjakan oleh manusia dengan teliti.
Untuk bahannya kain songket menggunakan benang yang masih dipesan dari Klungkung, Denpasar dan Bandung untuk benang sutra. Sedangkan satu kain tenun songket dibanderol dari harga Rp.650.000 hingga jutaan rupiah. Tergantung jenis bahan, motif, dan cara pengerjaan serta pewarnaan.
"Dari jenis kain, kemeja pria dan wanita, blazer, dan aneka produk turunan. Dari harga Rp.250.000 hingga 1 juta juga. Tergantung aneka pesanan," katanya.
Usaha yang ditekuni kini memiliki karyawan tetap ada 3 orang hingga 55 orang yang termasuk karyawan tenaga borongan. Semua merupakan tenaga tenun songket yang sudah memiliki keahlian sesuai bidangnya.
Sriadi menuturkan, dirinya telah mendapatkan penghargaan dari lokal hingga internasional. Kain tenun songket ini sudah terdaftar secara merek serta HKI (Hak Kekayaan Intelektual). Ini merupakan sesuatu kebanggaan dan terus diperjuangkan dengan berbagai inovasi hingga bisa dibanggakan juga bagi kaum muda.
"Inilah hasil tenun songket Jembrana yang patut diacungkan jempol. Kesulitan terutama bahan baku, dan juga ada penjiplakan dari oknum. Harapan kain songket didukung oleh pemerintah. Dan lestari tetap ada," tuntasnya.
Editor: Redaksi
Reporter: bbn/jbr