Fakta Soal BPA Dianggap Sebabkan Masalah Kesehatan
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, NASIONAL.
Bahaya mengonsumsi air minum dalam kemasan galon yang rentan terkontaminasi bisphenol-A (BPA) menjadi satu hal yang cukup meresahkan masyarakat.
BPA merupakan zat yang terdapat dalam kemasan, biasanya kaleng atau plastik. Fungsinya untuk memperkuat daya tahan kemasan sehingga bisa digunakan ulang. Komposisi BPA dalam wadah atau kaleng ini sangat kecil, dan tidak mudah untuk terurai.
Disebutkan, jika paparan BPA yang melebihi ambang batas berpotensi mengancam kesehatan berupa bahaya gangguan endokrin seperti infertilitas (gangguan kesuburan), gangguan kehamilan, gangguan ginjal, dan jantung, serta tumor yang dipengaruhi oleh hormon seperti kanker payudara dan prostat.
Namun, pandangan berbeda disebutkan dokter spesialis penyakit dalam, dr. Laurentius Aswin Pramono, M-Epid. Menurutnya, terkait dengan gangguan endokrin, pada dasarnya semua bahan kimia memang bersifat endocrine disruptors, yaitu komponen kimiawi yang bisa mengganggu fungsi sistem endokrin dan reproduktif dalam tubuh kita.
"Tapi untuk menimbulkan gangguan metabolisme dan endokrin, butuh kadar yang sangat besar dalam satu waktu secara bersamaan. Dalam berbagai review study, penggunaan bahan kimia dalam keseharian ternyata tidak mampu mencapai ambang yang bisa menyebabkan endocrine disruption,” tuturnya dalam diskusi "Kupas Tuntas Polemik Kesehatan Terkait BPA", di Jakarta pada Jumat (30/9/2022).
Dr. Aswin melanjutkan, kandungan BPA dalam galon guna ulang hanya 0,001% dari ambang batas yang bisa mengganggu. Disebutkan, butuh 10 ribu galon dalam satu waktu untuk bisa memberikan efek negatif bagi tubuh.
"Ini kan jumlah yang tidak masuk akal, orang mengonsumsi 10 ribu galon dalam sejali waktu dia punya. Sangat kecil potensinya. Terkait hal ini, memang tidak perlu khawatir untuk menggunakan galon sehari-hari,” ujarnya.
Secara umum, zat-zat kimia yang masuk ke tubuh akan dibersihkan melalui berbagai mekanisme. Misalnya melalui detoksifikasi di liver (hati), dan dibuang oleh ginjal melalui urin.
"Ada banyak jalur pembuangan zat kimia dari tubuh kita. Untuk BPA, akan didetoks di liver. Jadi dalam jumlah kecil tidak berbahaya karena akan didetoksifikasi, sehingga tidak masuk ke peredaran darah,” tutur dr. Aswin.
Dengan kata lain, BPA yang masuk ke tubuh sehari-hari dalam jumlah kecil tidak akan terakumulasi, sehingga potensinya sangat minim untuk bisa menimbulkan endocrine disruption.
"Yang berpotensi mengganggu adalah yang masuk dalam jumlah yang sangat besar dalam satu waktu, bukan akumulasi selama puluhan tahun,” tegas dr. Aswin.
Baca juga:
5 Manfaat Nasi Merah Untuk Kesehatan
Secara etiologi dalam skala global, tidak ada hubungan kausalitas yang kuat antara BPA dengan berbagai penyakit, seperti kanker dan gangguan endokrin.
“Tidak seperti rokok dengan kanker paru, atau virus HPV dengan kanker serviks, yang memang secara etiologi hubungan kausalitasnya sangat kuat,” papar dr. Aswin.
Baca juga:
Ini Cara Cek Kepesertaan BPJS Kesehatan
Ia juga menekankan belum ada satu studi pun yang berhasil menemukan kausalitas antara BPA dengan gangguan kesehatan. Dibandingkan meributkan hal tersebut, dr. Aswin mengungkap jika masib ada faktor lain yang bisa berpotensi menimbulkan gangguan endokrin dan hormon.
Terutama adalah gaya hidup. Karena itu, pola makan dengan prinsip gizi seimbang, serta berolahraga secara teratur menjadi sesuati yanv perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan metabolisme, kadar hormon, dan endokrin kita.
Reporter: bbn/net