search
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
radio_button_unchecked
light_mode dark_mode
Inflasi Argentina Melesat, Perekonomian Makin Terpuruk
Sabtu, 14 Januari 2023, 09:39 WITA Follow
image

bbn/Detik.com/Inflasi Argentina Melesat, Perekonomian Makin Terpuruk

IKUTI BERITABALI.COM DI

GOOGLE NEWS

BERITABALI.COM, DUNIA.

Kondisi perekonomian Argentina kini memang tengah terpuruk. Bahkan, kondisi inflasi Argentina yang sama tingginya dengan karir Lionel Messi yang memenangkan Piala Dunia 2022.

Seperti dilansir Reuters, Jumat (13/1/2023), Badan Statistik Nasional Argentina atau INDEC mencatat inflasi tahunan hampir menyentuh 95% atau tertinggi dalam lebih dari 30 tahun terakhir.

Menurut data tersebut, pada Desember 2022 Argentina mengalami inflasi 5,1% akibat harga pasar yang melonjak. Dengan hasil itu, maka inflasi negara selama setahun mencapai 94,8%.

Dalam sebuah wawancara, Menteri Ekonomi Argentina, Sergio Massa memprediksikan, tingkat inflasi pada Desember tidak akan melebihi 5%. Kemudian, dia memproyeksikan bahwa  kenaikan inflasi bulanan juga akan turun menjadi sekitar 3% pada bulan April.

Namun demikian, kalangan ekonom memproyeksikan inflasi bulanan tetap akan naik seperti pada bulan Desember, faktor-faktor di luar kemerosotan ekonomi negara atau batasan harga yang ditetapkan pemerintah terus menimbulkan risiko tinggi.

Seperti hal yang disampaikan, Ekonom di konsultan EcoGo, Lucio Garay Mendez yang menyebut bahwa, inflasi tinggi terus terjadi karena tren harga buah dan sayuran yang terus naik  selama Desember.

"Gajinya tidak cukup, inflasi terus meningkat dan kami sudah memulai tahun ini dengan kenaikan tarif bus, pakaian, makanan," kata seorang pekerja mandiri, Griselda Melle,

Pernyataan tersebut diperkuat oleh ekonom di konsultan Econviews, Isaias Marini yang melihat mata uang langka di Argentina seperti dolar dan menjadi salah satu faktor pendorong inflasi tetap tinggi.

"Kekurangan dolar AS dapat diterjemahkan ke dalam eskalasi dolar paralel lebih lanjut, menyebabkan inflasi yang lebih tinggi," pungkas Marini.

Reporter: bbn/net



Simak berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Ikuti saluran Beritabali.com di WhatsApp Channel untuk informasi terbaru seputar Bali.
Ikuti kami