Korban Tewas Sekte Sesat di Kenya Bertambah Jadi 98 Orang
GOOGLE NEWS
BERITABALI.COM, DUNIA.
Korban tewas sekte sesat di Kenya bertambah menjadi 98 orang hingga Rabu (26/4) waktu setempat. Kebanyakan korban tewas pengikut sekte kelaparan tersebut ditemukan terkubur di hutan Shakahola dekat kota pesisir Malindi.
Pemimpin sekte sesat Paul Mackenzie Nthenge diduga memengaruhi para pengikutnya untuk tidak makan dan minum hingga tewas karena dijanjikan bakal bertemu Tuhan.
Sejumlah pihak menyerukan tindakan tegas terhadap kelompok keagamaan di negara mayoritas Kristen itu setelah tragedi mengerikan yang dijuluki sebagai "Pembantaian Hutan Shakahola" tersebut.
Sehari sebelumnya, tim penyelidik dari kepolisian setempat bersama Palang Merah Kenya berhasil menemukan 90 jenazah korban sekte sesat tersebut.
"Hari ini kami mendapati banyak kendala karena hujan deras, tapi kami berhasil mengeluarkan delapan jenazah lagi. Kami akan melanjutkan pencarian," demikian pernyataan sumber dari kepolisian Kenya kepada AFP.
Orang-orang kemudian berdatangan untuk memeriksa jenazah di rumah sakit negara sub-kabupaten Malindi untuk memastikan masih anggota keluarga atau bukan. Puluhan jenazah korban sekte sesat kelaparan itu ditampung di RS tersebut sehingga melebihi kapasitas.
Remaja bernama Issa Ali mengaku pernah dibawa ke Shakahola bersama ibunya pada 2020. Ia mengatakan pernah dipukuli Nthenge ketika berusaha kabur hingga akhirnya diselamatkan sang ayah.
"Terakhir kali saya melihat ibu saya pada Februari. Ia sangat lemah terakhir kali saya bertemu dengannya," tutur remaja 16 tahun tersebut.
Sebelumnya, Palang Merah Kenya berhasil menemukan 39 pengikut sekte sesat itu dalam keadaan hidup di lahan semak belukar seluas 325 hektare di sekitar Shakahola. Sementara itu, sebanyak 22 orang lainnya telah ditangkap.
Petugas Palang Merah Kenya Hassan Musa mengatakan sebanyak 311 orang hilang, termasuk 150 di antaranya merupakan anak-anak di Malindi.
"Kebanyakan adalah orang-orang Kenya, ada pula dari Tanzania dan Nigeria. Beberapa orang hilang selama bertahun-tahun," ujar Musa kepada AFP.(sumber: cnnindonesia.com)
Editor: Juniar
Reporter: bbn/net